Senin, 08 Februari 2016

Jurnal Budidaya Kentang Mini untuk Meningkatkan Produksi Kentang di Indonesia



BUDIDAYA KENTANG MINI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI KENTANG DI INDONESIA
Oleh: Devi Sri Hardianti

ABSTRAK
Pengabdian saya kepada masyarakat tentang pembentukan umbi kentang telah dilaksanakan di desa Kadugede Blok Dukuh Kampung Pesantren Kuningan. Kegiatan ini berlangsung selama 5 bulan mulai bulan Agustus sampai dengan Desember 2015. Tujuan kegiatan ini adalah untuk membantu kelompok tani Rumpun sebagai penangkar benih dalam penyediaan kentang. Kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan tentang penggunaan bibit kentang yang dapat digunakan untuk pembentukan kentang yang bebas virus dan penyakit sistemik. Selanjutnya dilakukan pelatihan dan demonstrasi plot di lahan kelompok tani. Setelah dilakukan penyuluhan ternyata petani sangat tertarik dan antusias untuk melakukan pembentukan kentang. Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bahan, pertumbuhan dan hasilnya sangat baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian ini dapat membantu kelompok tani Rumpun sebagai penangkar benih terutama dalam hal penyediaan bahan kentang untuk produksi umbi kentang yang selanjutnya dapat mengembangkan bibit kentang yang dapat disebarkan ke tingkat petani agar meningkatkan hasil panen kentang dan kualitas kentang yang baik.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang cukup penting, yang banyak mendatangkan uang bagi petani (cash crop). Pemanfaatan tanaman ini terutama sebagai salah satu pangan karbohidrat non beras yang utama. Disamping itu kentang dimanfaatkan pula sebagai sayuran atau sebagai bahan makanan ringan seperti french fries.
Di Indonesia kentang biasanya diusahakan di dataran tinggi, lebih kurang 1000 meter di atas permukaan laut. Dimana rata-rata hasil yang dicapai secara nasional masih rendah yaitu 14 ton ha-1. Hasil ini masih rendah bila dibandingkan negara lain seperti Amerika Serikat 29,20 ton ha-1, Swiss, Belanda, Inggris dan Jerman diatas 20 ton ha-1 (Permadi 1989). Rendahnya produksi Indonesia ini disebabkan belum banyaknya petani penghasil (seed grower) bibit kentang bermutu, sehingga permintaan bibit kentang tidak dapat dipenuhi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan memanfaatkan bioteknologi yaitu melalui kultur jaringan atau pembiakan mikro kentang. Dengan tehnik ini dapat dihasilkan benih berjumlah banyak dalam waktu relatif singkat dan bebas dari penyakit sistemik, terutama virus (Hidayat 1991).
Propagula in vitro yang banyak digunakan dalam usaha menghasilkan benih kentang bermutu adalah tunas mikro dan umbi mikro (Wattimena 1991). Selanjutnya propagula ini dapat digunakan untuk produksi kentang mini, yaitu kentang dengan bobot 1 – 10 gram yang diinduksi dalam rumah kaca atau ketat serangga (screen hause). Kentang mini diinduksi secara in vitro sehingga biayanya lebih murah.
Di Kabupaten kuningan sendiri ada beberapa desa yang menanam kentang jika musim panen padi telah usai. Salah satunya adalah desa Kadugede, desa penghasil kentang terbesar di Kabupaten Kuningan Jawa Barat dengan menghasilkan 5 ton kentang dengan luas lahan seperempat hektar. Penelitian dilakukan pada tanggal 15 Desember 2015. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil panen kentang dan kualitas kentang yang baik.

METODE
Program Pengabdian ini dilaksananakan di desa Kadugede Blok Dukuh Kampung Pesantren Kuningan, pada kelompok tani Rumpun. Waktu pelaksanaan dimulai dari bulan Desember 2015 sampai dengan bulan April 2016. Pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu penyuluhan, pelatihan dan demonstrasi plot pada lahan kelompok tani.
Untuk demonstrasi plot di lapangan diperlukan bahan dan alat yang digunakan pada program pengabdian ini. Adapun bahan yang digunakan pada program pengabdian ini adalah Eksplan kentang, Hyponex, Pupuk kandang, Geberellin (GA3. Sedangkan alat yang digunakan adalah 2 buah rumah ketat serangga (Screen house) ukuran 3x4m, bak tanam, bambu, hand sprayer, gunting kecil, keranjang plastik, cangkul, kored, kukusan, kompor gas, tabung gas, sarung tangan, polibag kecil, selang plastik dan rumah plastik ukuran 5x10m.
Pelaksanaan kegiatan penerapan Ipteks ini menggunakan metode pendidikan kepada masyarakat, melalui metode penyuluhan dan demontrasi penanaman setek mikro, penyemprotan pupuk dan pemeliharaan tanaman di dalam kotak tanam serta demonstrasi cara panen umbi kentang. Adapun kegiatan ipteks ini akan dilaksanakan terhadap kelompok tani Rumpun ini dilakukan beberapa tahap: aklimatisasi awal dan aklimatisasi lanjutan.

Aklimatisasi Awal
Pembibitan
Kentang bibit berasal dari kentang produksi berbobot 30-50 gram, umur 150-180 hari, tidak cacat, dan varitas unggul. Pilih kentang berukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai generasi keempat saja. Setelah tunas + 2 cm, siap ditanam.
Pengolahan Media Tanam
Lahan dibajak sedalam 30-40 cm dan biarkan selama 2 minggu sebelum dibuat bedengan dengan lebar 70 cm (1 jalur tanaman)/140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan buat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.
Natural Glio yang sudah terlebih dahulu dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu, ditebarkan merata pada bedengan (dosis : 1-2 kemasan Natural Glio dicampur 50-100 kg pupuk kandang/1000 m2).

Aklimatisasi Lanjutan
Pemupukan Dasar
Pupuk anorganik berupa urea (200 kg/ha), SP 36 (200 kg/ha), dan KCl (75 kg/ha). Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secukupnya secara merata di atas bedengan, dosis 1-2 botol/ 1000 m². Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA dengan cara :
A) Alternatif 1 : Satu botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
B) Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram 10 meter bedengan. Penyiraman POC NASA / SUPER NASA dilakukan sebelum pemberian pupuk kandang.
C) Berikan pupuk kandang 5-6 ton/ha (dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam) satu minggu sebelum tanam,
Cara Penanaman
Jarak tanaman tergantung varietas, 80 cm x 40 cm atau 70 x 30 cm dengan kebutuhan bibit + 1.300-1.700 kg/ha (bobot umbi 30-45 gr). Waktu tanam diakhir musim hujan (April-Juni).
Penyulaman
Penyulaman untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh/tumbuhnya jelek dilakukan 15 hari semenjak tumbuh.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman 2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan penggemburan.
Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara.
Pengairan
Pengairan 7 hari sekali secara rutin dengan di gembor, Power Sprayer atau dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 15-20 menit).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kelompok tani Rumpun, Kadugede Blok Dukuh Kampung Pesantren Kuningan, pada awalnya belum tahu mengenai penggunaan yang baik. Setelah diberikan penyuluhan dan pelatihan ternyata mereka sangat tertarik dan antusia untuk melakukan program ini.
Setelah dilaksanakan aklimatisasi awal selama 1 minggu maka tingkat keberhasilan pertumbuhan bibit adalah (70%), selanjutnya setelah bibit berumur 1 bulan tingkat kesberhasilan pertumbuhan bibit tinggal (50%). Selanjutnya bibit yang ada terus dipelihara diperbanyak untuk persiapan setek. Hasil perbanyakan yang telah dilakukan menunjukkan bibit dapat diperbanyak terus menerus sehingga didapat bibit kentang yang sangat banyak sehinggga dapat membantu kelompok tani sebagai stok bibit untuk digunakan pembentukan kentang mini.
Setelah dilakukan perbanyakan setek di screen house ternyata pertumbuhannya sangat baik. Pertumbuhan setek ini dipengaruhi oleh genetik bibit yang digunakan dan lingkungan pertumbuhannya. Meningkatnya pertumbuhan setek disebabkan karena lingkungan tumbuh memang sangat cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang. Jumlah dan ukuran daun yang terbentuk tergantung dari genetik dan lingkungan seperti suhu, cahaya dan faktor lain, tetapi lebih dikendalikan genetik (Gardner 1991).

KESIMPULAN
Dari hasil program pengabdian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pengabdian ini dapat menambah pengetahuan petani tentang penggunaan bibit kentang asal kultur jaringan yang dapat digunakan sebagai bahan setek untuk pembuatan umbi mini kentang G0. Umbi mini kentang G0 dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk dikembangkan menjadi kentang G1, G2 dan G3, selanjutnya dapat disebarkan di tingkat petani. Dengan demikian dapat menambah pendapat kelompok tani Rumpun, dan dapat meningkatkan produksi kentang di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar