Senin, 08 Februari 2016

Jurnal Pakaian Adat Tradisional Kebaya - Provinsi Jawa Barat



PAKAIAN ADAT TRADISIONAL KEBAYA – PROVINSI JAWA BARAT
Oleh: Defi Ekasari

ABSTRAK
            Indonesia merupakan Negara dengan beraneka ragam suku dan kebudayaan. Jika kita cermati banyak sekali aneka ragam budaya dan kesenian yang terdapat di Indonesia, salah satunya Pakaian adat 33 provinsi di Indonesia. Pakaian adat merupakan ciri khas budaya-budaya daerah masing-masing yang memiliki arti sendiri.
            Penelitian ini mengambil subjek upaya memperkenalkan dan mempertahankan eksistensi Pakaian Adat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan upaya mempertahankan eksistensi Pakaian Adat . hasil penelitian ini menunjukan bahwa upaya yang dilakukan oleh pihak  desa dan kerjasama dengan bupati indramayu.
Kata kunci: pakaian, pakaian adat, pakaian adat tradisional kebaya – Provinsi Jawa Brat.

PENDAHULUAN
            Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makan dan tempat berteduh/tempat tinggal (rumah). Manusia membutuhkan pakaian untuk melindungi dan menutupi dirinya. Namun seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, pakaian juga digunakan sebagai symbol setatus, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya. Perkembangan dan jenis-jenis pakaian tergantung pada adat-istiadat, kebiasaan, dan budaya yang memiliki ciri khas masing-masing.
            Pakaian adat dalam pengertian dinamis yaitu pakaian layaknya pakaian pada umumnya, tetapi memiliki identitas-identitas tertentu yang di akui sebagai ciri khas suatu daerah tertentu.
            Dimana kita sebagai bangsa Indonesia harus mempertahankan dan menjaga ciri khas atau adat budaya, dan menyakini adat Indonesia tidak akan pernah pudar atau punah.

Contohnya untuk pakaian adat Jawa Barat
            Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia dan ber-ibukota di Kota  Bandung, mempunyai beberapa suku, diantaranya suku sunda sebagai suku mayoritas dan suku badui yang dibedakan menjadi suku badui dalam dan suku badui luar. Pakaian khas suku sunda yang sering kita kenal yaitu kebaya. Kebaya merupakan pakaian khas jawa barat yang sangat terkenal, sehingga kini kebaya bukan hanya menjadi pakaian khas sunda saja tetapi sudah menjadi pakaian adat nasional, itu merupakan suatu bukti bahwa kebudayaan daerah merupakan bagian dari kebudayaan nasional. pakaian tradisional daerah Jawa Barat untuk pria dan wanita. Pakaian tadisional daerah jawa barat dibagi menjadi beberapa golongan, seperti pakaian rakyat biasa, pakaian kaum menengah , pakaian bangsawan/menak, pakaian mojang dan jajaka serta pakaian pengantin.

METODE     
            Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara, dan observasi. Analisis data digunakan ini mengacu pada analisis secara serempak mulai dari proses pengumpulan data, mereduksi, mengklasifikasi, mendeskripsikan, menyimpulkan dan menginterprestasikan semua informasi secara selektif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
          Lelea merupakan desa yang berada dikabupaten Indramayu yang mempunyai sebuah adat yang dinamakan adat ngarot, hal ini yang disebabkan karena tradisi adat ngarot yang menggunakan pakaian adat tradisional jawa barat yaitu kebaya, yang termasuk pada golongan Pakaian Adat Tradisional “Pakaian Rakyat Biasa Jawa Barat”.

Adat Ngarot
        Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah.
        Ngarot merupakan salah satu upacara adat yang terdapat di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Upacara ini dilaksanakan pada saat menyongsong datangnya musim hujan yaitu tibanya musim tanam padi. Biasanya adat ini dilaksanakan pada pecan ketiga dan selalu dilaksanakan pada hari Rabu yaitu salah satu hari yang dianggap keramat dan hari baik masyarakat Lelea untuk menanam.
Perlengkapan ngarot yaitu
Pria : menggunakan celan komprang/pangsi dilenkapi sabuk, baju kampret atau salontreng (baju kurung), kepala memakai ikat lohen dan memakai kain sarung poleng yang diselempangkan dari bahu kanan kearah pinggang sebelah kiri atau sebaliknya. Alaskaki memakai sandal tarumpah sebagai pelengkap.
Wanita : mengguanaka sindang kebat (kain batik panjang), beubeur atau angkin (ikat pinggang), kutang (kamisol), baju kebaya dan selendang batik. Sebagai pelengkap, rambut digelung disanggul dengan dihiasi bunga kertas, dan bunga kenanga, perhiasan memakai geulang akar bahar (gelang akar bahar),suweng pelenis (giwang bundar terbuat dari perakatau emas), ali meneng (cincin polos tersebut dari perak atau disepuh emas), dan alas kaki memakai sandal jepit/sandal keteplek.

Sejarah
         Asal kata kebaya berasal dari kata arab abaya yang berarti pakaian. Ada pendapat yang menyatakan kebaya berasal dari China. Lalu menyebar ke Malaka, Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi. Setelah akulturasi yang berlansung ratusan tahun, pakaian itu diterima di budaya dan norma setempat. Namun ada juga pendapat bahwa kebaya mmang asli dari Indonesia. Karena pakaian asli China adalah Cheongsam yang berbeda dari kebaya. Bentuk paling awal dari kebaya berasal dari istana Majapahit, sebagai sarana untuk memadukan perempuan kemban yang ada, tubuh bungkus dari perempuan aristocrat menjadi lebih sederhana dan dapat diterima oleh yang baru memeluk agama Islam. Aceh, Riau dan johor dan Sumatra Utara mengadopsi gaya kebaya Jawa sebagai sarana ekspresi sosial status dengan penguasa Jawa yang lebih alus atau halus. Nama kebaya sebagai pakaian tertentu telah dicatat oleh Portugal saat mendarat di Jawa. Kebaya Jawa seperti yang ada sekarang telah dicatat oleh Thomas Stamford Bingle Raffles di 1817, sebagai sutra, brokat dan beludru, dengan pembukaan pusat dari blus diikat oleh bros, bukan tombol dan tombol-lubang di atas batang tubuh bungkus kemben, yang kain (dan pisahkan bungkus kain beberapa meter panjang keliru diberi istilah ‘sarung di Inggris (sarung (aksen Malaysia: dijahit untuk membentuk tabung, seperti pakaian Barat).

Variasi Kebaya
         Sekitar tahun 1500 – 1600, di Pulau Jawa, kebaya adalah pakaian yang hanya dikenakan keluarga kerajaan Jawa. Kebaya juga menjadi pakaian yang dikenakan keluarga Kesultanan Cirebon, Kesultan Mataram dan penerusnya Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Selama masa kendali Belanda di pulau itu, wanita-wanita Eropa mulai mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi. Selama masa ini, kebaya diubah dari hanya menggunakan barang tenunan mori menggunakan sutera dengan sulaman warna-warni. Pakaian yang mirip yang disebut “nyonya kebaya” diciptakan pertama kali oleh orang-orang Peranakan dari Malaka. Mereka mengenakannya dengan sarung dan sepatu cantik bermanik-manik yang disebut “kasut manek”. Kini, nyonya kebaya sedang mengalami pembaharuan, dan juga terkenal di antara wanita non-Asia. Variasi kebaya yang lain juga digunakan keturunan Tionghoa Indonesia di Cirebon, Pekalongan, Semarang, Lasem, Tuban dan Surabaya.

Pakaian Adat Tradisional Kebaya - Provinsi Jawa Barat
        Pakaian adat tradional kebaya provinsi jawa barat dibagi menjadi beberapa golongan seperti :

Pakaian Rakyat Biasa Jawa Barat
Pria : menggunakan celan komprang/pangsi dilenkapi sabuk, baju kampret atau salontreng (baju kurung), kepala memakai ikat lohen dan memakai kain sarung poleng yang diselempangkan dari bahu kanan kearah pinggang sebelah kiri atau sebaliknya. Alaskaki memakai sandal tarumpah sebagai pelengkap.


Wanita : mengguanaka sindang kebat (kain batik panjang), beubeur atau angkin (ikat pinggang), kutang (kamisol), baju kebaya dan selendang batik. Sebagai pelengkap, rambut digelung jucung (disanggul kecil ke atas), perhiasan memakai geulang akar bahar (gelang akar bahar),suweng pelenis (giwang bundar terbuat dari perakatau emas), ali meneng (cincin polos tersebut dari perak atau disepuh emas), dan alas kaki memakai sandal jepit/sandal keteplek.

Pakaian Kaum Menengah Jawa Barat
Pria : menggunakan baju bedahan putih, kain kebat batik memakai sabuk dan ikat kepala, alas kaki sandal tarumpah, arloji brantai emas yang digantung disaku baju, merupakan kelengkapan berbusana.
Wanita : menggunakan kain kebat batik beraneka corak sebatas mata kaki, beubeu, kebaya beraneka warna, selendang berwarna, alas kaki memakai selop atau kelom geulis. Sebagai pelengkap, rambut disanggul, memakai perhiasan giwang, kalung, gelang, dan cincin yang terbuat dari emas atau perak.

Pakaian Bangsawan/Menak Jawa Barat
Pria ;
Model 1
·         Baju jas tutup/bedahan dengan beludru warna hitam bersulam benang emas menyusuri pinggir baju dan ujung lengan baju selebar 2,5 cm;
·         Celana panjang bahan beludru hitam dengan sulaman dan kelim emas di seputar pinggir bawah celana selebar sulaman pada leher baju;
·         Kain dodot motif rereng parang rusak yang dilepe (tumpukan lipatan kain pada ujung kanan selebar 6 cm. sebanyak tujuh atau sembilan lipatan);
·         Sabuk atau benten emas, digunakan sebagai alat untuk pengencang kain;
·         Bendo dengan motif yang sama dengan dodot sebagai tutup kepala;
·         Alas kaki memakai kaos dan sepatu hitam atau selop hitam.

Model 2
·         Jas tutup warna hitam;
·         Kain kebat batik motif rereng;
·         Tutup kepala/bendo motif rereng (sama dengan motif kain);
·         Sabuk;
·         Jam rantai sebagai hiasan baju;
·         Alas kaki sepatu hitam atau selop.
Wanita : menggunakan kebaya beludru hitam dengan sulaman benang emas pada seluruh sisi depan kebaya hingga leher, mengitari bagian lingkaran pinggul dan seputar pergelangan tangan, memakai kai kebat motif rereng, alas kaki sepatu atau selop beludru hitam bersulam emas atau manik-manik. Sebagai pelengkap, rambut disanggul rapi memakai tusuk konde emas, perhiasan giwang, gelang keroncong, cincin, kalung, peniti rantai, bros, semua perhiasan terbuat dari emas bertahtakan berlian.

Pakaian Mojang dan Jajaka Jawa Barat
Pakaian tradisional daerah Jawa Barat yang sudah dijadikan pakaian standar/baku dan sering dipakai pada acara resepsi oleh para mojang (gadis) dan jajaka (jejaka) adalah :
Pria : menggunakan jas tutup atau jas takwa dengan warna bebas, celana panjang, kain dodot motif bebas, bendo sebagai penutup kepala, alas kaki sepatu atau selop dan rantai kuku macan atau jam rantai sebagai hiasan pada jas tutup.
Wanita : menggunakan kebaya polos dihiasi sulaman atau manik-manik, kain kebat dilepe, kutang (kamisol), beubeur (ikat pinggang), untuk mengencangkan kain, alas kaki memakai selop yang sewarna dengan kebaya, kerembong (selendang) sebagai pemanis. Sebagai pelengkap rambut disanggul rapi memakai hiasan bunga dan tusuk konde, perhiasan gelang kalung, cincin dan bros.

Pakaian Pengantin Jawa Barat
Pria : mengenakan baju tertutup dengan ikat pinggang, kain batik, tutup kepala yang disebut bendo, dan keris sebagaimana yang ada pada perlengkapan pengantin pria adat jawa Tengah dan Timur.
Wanita : mengenakan kebaya, kain batik yang sama dengan pasangannya, dan aksesoris rambut berupa tusuk konde yang disebut kembang goyang.

Penggunaan Kebaya masa kini
        Kebaya pada masa sekarang telah mengalami berbagai perubahan desain. Kebaya digunakan sebagai seragam resmi pramugari. Sejumlah perancang yang turut menciptakan desain baru kebaya diantaranya adalah Anne Avante dan Adjie Notonegoro.

KESIMPULAN 
        Berdasarkan hasil penelitian upaya memperkenalkan dan mempertahankan pakaian adat tradisional kebaya di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu. Terkait dengan upaya dilakukan oleh Desa Lelea dapat disimpulkan bahwa Pakaian Adat Tradisional Kebaya dijadikan perlengkapan dalam melaksanakan adat ngarot yang dilaksanakan setiap tahun sekali. Dengan adanya adat ngarot, cara memperkenalkan, melestarikan dan mempertahankan Pakaian Adat Tradisional Kebaya - Provinsi Jawa Barat, bukan hanya masyarakat setempat tetapi untuk seluruh masyarakat Indramayu agar bisa mengetahu dan mempertahankan pakaian adat tradisional yang kita miliki di Provinsi Jawa Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar