Senin, 08 Februari 2016

Jurnal Sepak Bola sebagai Olahraga Terpopular di Dunia



SEPAK BOLA SEBAGAI OLAHRAGA TERPOPULAR DI DUNIA
Oleh: Muhammad Jammal Baligh
.
Abstrak
Jurnal ini berisi tentang Sepak Bola sebagai Olahraga Terpopular di Dunia. Mendeskripsikan tentang latar belakang sepak bola sebagai olahraga yang begitu digemari, kajian pustaka tentang sejarah sepak bola dari dulu hingga sekarang, pembahasan tentang mengapa sepakbola begitu digemari sehingga bisa menjadi olahraga terpopular sampai hari ini.

Latar Belakang
Berbicara tentang olahraga, yang terlintas di pikiran sebagian besar orang adalah sepak bola. Salah satu olahraga yang paling banyak digemari tidak hanya di Indonesia, tapi juga di tingkat internasional. Dari anak kecil sampai orang tua menyukai sepakbola. Dari laki-laki sampai perempuan menyukai sepakbola. Begitu popularnya olahraga yang satu ini hingga bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian besar orang di dunia.
Di Indonesia sendiri banyak klub-klub sepak bola yang telah berdiri sejak puluhan tahun lalu, baik itu klub besar maupun klub kecil, yang diiringi dengan perkembangan suporter sepak bola yang kian hari kian banyak.
Tidak hanya klub sebak bola dan suporternya, saat ini juga pertumbuhan sekolah sepakbola (SSB) mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Tidak hanya bertaraf lokal maupun nasional, bahkan sudah bermunculan sekolah sepak bola bertaraf internasional.

Kajian Pustaka
Sepak bola adalah cabang olahraga yang menggunakan bola yang terbuat dari bahan kulit dan dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan 11 (sebelas) orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Memasuki abad ke-21, olahraga ini telah dimainkan oleh lebih dari 250 juta orang di 200 negara, yang menjadikannya olahraga paling popular di dunia. Sepak bola bertujuan untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya dengan menggunakan bola ke gawang lawan. Sepak bola dimainkan dalam lapangan yang berbentuk persegi panjang, di atas rumput atau rumput sintetis. Secara umum, hanya penjaga gawang saja yang berhak menyentuh bola dengan tangan atau lengan di dalam daerah gawangnya, sedangkan 10 (sepuluh) pemain lainnya diijinkan menggunakan seluruh tubuhnya selain tangan, biasanya dengan kaki untuk menendang, dada untuk mengontrol, dan kepala untuk menyundul bola. Tim yang mencetak gol paling banyak pada akhir pertandingan adalah pemenangnya. Jika hingga waktu berakhir masih berakhir imbang, maka dapat dilakukan undian perpanjangan waktu maupun adu penalti, tergantung dari format penyelenggaraan kejuaraan. Peraturan pertandingan secara umum diperbarui setiap tahunnya oleh induk organisasi sepak bola internasional (FIFA), yang juga menyelenggarakan Piala Dunia setiap empat tahun sekali.
Sejarah olahraga sepak bola dimulai sejak abad ke-2 dan 3 sebelum Masehi di Cina. Di masa Dinasti Han tersebut, masyarakat menggiring bola kulit dengan menendangnya ke jaring kecil. Permainan serupa juga dimainkan di Jepang dengan sebutan Kemari. Di Italia, permainan menendang dan membawa bola juga digemari terutama mulai abad ke-16. Sepak bola modern mulai berkembang di Inggris dan menjadi sangat digemari. Di beberapa kompetisi, permainan ini menimbulkan banyak kekerasan selama pertandingan sehingga akhirnya Raja Edward III melarang olahraga ini dimainkan pada tahun 1365. Raja James I dari Skotlandia juga mendukung larangan untuk memainkan sepak bola.
Pada tahun 1815, sebuah perkembangan besar menyebabkan sepak bola menjadi terkenal di lingkungan universitas dan sekolah. Kelahiran sepak bola modern terjadi di Freemasons Tavern pada tahun 1863 ketika 11 sekolah dan klub berkumpul dan merumuskan aturan baku untuk permainan tersebut. Bersamaan dengan itu, terjadi pemisahan yang jelas antara olahraga rugby dengan sepak bola (soccer). Pada tahun 1869, membawa bola dengan tangan mulai dilarang dalam sepak bola. Selama tahun 1800-an, olahraga tersebut dibawa oleh pelaut, pedagang, dan tentara Inggris ke berbagai belahan dunia. Pada tahun 1904, asosiasi tertinggi sepak bola dunia (FIFA) dibentuk dan pada awal tahun 1900-an, berbagai kompetisi dimainkan diberbagai negara.
 Sejarah sepak bola di Indonesia diawali dengan berdirinya Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di Yogyakarta pada 19 April 1930 dengan pimpinan Soeratin Sosrosoegondo. Dalam kongres PSSI di Solo, organisasi tersebut mengalami perubahan nama menjadi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia. Sejak saat itu, kegiatan sepak bola semakin sering digerakkan oleh PSSI dan makin banyak rakyat bermain di jalan atau alun-alun tempat Kompetisi I Perserikatan diadakan. Sebagai bentuk dukungan terhadap kebangkitan "Sepakbola Kebangsaan", Paku Buwono X mendirikan stadion Sriwedari yang membuat persepakbolaan Indonesia semakin gencar. Sepeninggalan Soeratin Sosrosoegondo, prestasi tim nasional sepak bola Indonesia tidak terlalu memuaskan karena pembinaan tim nasional tidak diimbangi dengan pengembangan organisasi dan kompetisi.
Pada era sebelum tahun 1970-an, beberapa pemain Indonesia sempat bersaing dalam kompetisi internasional, di antaranya Ramang, Sucipto Suntoro, Ronny Pattinasarani, dan Tan Liong Houw. Dalam perkembangannya, PSSI telah memperluas kompetisi sepak bola dalam negeri, di antaranya dengan penyelenggaraan Liga Super Indonesia, Divisi Utama, Divisi Satu, dan Divisi Dua untuk pemain non amatir, serta Divisi Tiga untuk pemain amatir. Selain itu, PSSI juga aktif mengembangkan kompetisi sepak bola wanita dan kompetisi dalam kelompok umur tertentu (U-15, U-17, U-19,U21, dan U-23).

Pembahasan
            Sepak bola merupakan cabang olahraga paling popular dan paling digemari di seluruh dunia. Pernyataan tersebut barangkali tidak terbantahkan, bahkan rasanya tidak diperlukan sebuah penelitian ilmiah untuk mendapatkan pengesahan atas pernyataan tersebut. Situs most-popular.net (2006, March 20) berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Fédération Internationale de Football Association (FIFA) pada tahun 2001 menyatakan bahwa sepakbola adalah olahraga paling populer dimainkan hari ini. Survei ini menunjukkan bahwa lebih dari 240 juta orang memainkan olahraga sepak bola di lebih dari 200 negara di hampir setiap bagian dari dunia.
Natakusumah (2009) menyatakan bahwa saat pertama kali sepak bola modern digagas dan kemudian disebarluaskan oleh orang Inggris ke segala penjuru dunia, mungkin tak ada yang mengira kalau suatu saat nanti sepak bola akan menjadi sebuah kekuatan maha dahsyat yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan di dunia ini. Sepak bola mungkin hanya sebuah permainan, namun efek dari permainan tersebut telah jauh merasuk ke bidang-bidang lain seperti sosial keagamaan, teknologi informasi, hiburan, politik, dan bahkan ekonomi. Di antara aspek-aspek di atas, satu hal yang bisa kita lihat dengan nyata dan tidak bisa diabaikan pengaruhnya akhir-akhir ini adalah aspek ekonomi dari sepak bola. Sebagai olahraga dengan peminat terbesar di seluruh dunia, tidak dapat dipungkiri bahwa sepak bola saat ini sudah menjadi ladang bisnis.
Sepakbola telah tumbuh begitu pesat menjadi sebuah bisnis yang sangat menggiurkan, khususnya di liga Eropa. Penghasilan klub-klub sepakbola di liga-liga tersebut bukan hanya dari penjualan tiket pertandingan, namun yang lebih besar lagi adalah dari penjualan merchandise, hak siar televisi, sponsor, dan penjualan pemain. Fanatisme yang menggelora dari sebuah sepakbola akhirnya mengundang naluri bisnis untuk menghampirinya. Fakta bahwa sepakbola begitu populer dan memiliki banyak penggemar, mendorong klub untuk mendapatkan pemasukan dari tiap penonton yang datang ke stadion melalui penjualan tiket. Popularitas sepakbola juga mengundang sponsor dan stasiun televisi untuk menghampiri. Berbagai perusahaan datang kepada klub dan menawarkan diri menjadi sponsor agar produknya makin dikenal melalui sepakbola sehingga penjualannya menjadi meningkat dan memberikan keuntungan buat perusahaan. Sementara itu stasiun televisi mencoba untuk ikut menangguk uang dengan menjual siaran sepakbola ke seluruh dunia melalui media televisi. Industri pers baik cetak maupun elektronik pun tak mau ketinggalan dengan menjadikan sepakbola sebagai bahan pemberitaan. Bahkan beberapa media mengkhususkan pemberitaan pada bidang olahraga, terutama sepakbola. Dari kondisi tersebut, terciptalah simbiosis yang menguntungkan antara klub, perusahaan sponsor, industri pers dan stasiun televisi.
Fanatisme dan kepopuleran dari sepakbola juga mendorong klub mencium aroma bisnis baru di seputar sepakbola, yaitu penjualan merchandise (pernakpernik), baik itu berupa berbagai perlengkapan olahraga seperti kaos pemain, bola, sepatu maupun berupa pernak-pernik lain seperti syal, tas, jam tangan, dan berbagai produk merchandise lain. Fanatisme juga dimanfaatkan oleh klub untuk mengeruk pemasukan dari pariwisata, misalnya dengan menggelar paket tour ke stadion dan museum klub. Gambaran di atas menunjukkan betapa banyak dan bervariasinya sumber pemasukan pada sebuah klub sepakbola.
Kepopularan sepakbola ternyata membawa dampak bagi kepopuleran para pemainnya. Seorang pemain sepakbola kadang-kadang justru lebih popular dibanding seorang presiden atau perdana menteri sekalipun. Kepopularan seorang pemain akhirnya berdampak ekonomi, karena popularitasnya bisa ikut mendorong penjualan merchandise dan penjualan pertandingan suatu klub di televisi. Hal tersebut menjadikan pemain sepakbola sebagai aset yang sangat berharga, sehingga akhirnya jual beli seorang pemain sepakbola seringkali terjadi dan melibatkan jumlah uang yang sangat besar. Sebuah klub sekarang ini membeli pemain bukan hanya didasarkan semata pada kualitas permainan dari pemain tersebut, namun juga didasarkan pada kepopularannya. Hal inilah yang dilakukan Real Madrid ketika membeli David Beckham maupun Cristiano Ronaldo dari Manchester United. Bermain sepakbola dan kemudian menjadi seorang pemain sepakbola profesional saat ini sudah merupakan sebuah profesi, bukan lagi sekedar sarana untuk berolahraga. Selain pemain sepakbola, berbagai profesi lain juga turut terlibat dan menikmati uang dari sebuah industri sepakbola. Profesi tersebut di antaranya adalah pelatih, wasit, ofisial pertandingan, komentator, agen pemain, pemandu bakat, wartawan olahraga, akuntan, dokter dan masih banyak lagi. Beberapa profesi yang terlibat dalam industri sepakbola bahkan mungkin tidak pernah terlintas dalam benak beberapa orang. Profesi tersebut di antaranya adalah ahli massage (tukang pijat) dan bandar judi.
Di benua Eropa, terutama liga-liga utama seperti Liga Inggris, Liga Italia dan Liga Spanyol, sepakbola merupakan bagian dari industri sehingga dikelola secara profesional dan dikemas sedemikian rupa untuk dijual ke seluruh belahan dunia. Achmad (2010) menyebut bahwa beberapa klub sepakbola di Eropa dikelola oleh sebuah badan usaha dan bahkan beberapa dari mereka juga mencatatkan dirinya di bursa saham untuk menarik dana investor. Di Inggris, sedikitnya terdapat belasan klub yang sahamnya telah 'melantai' di bursa. Di Italia, saham Juventus, AS Roma, dan Lazio bersaing dengan saham-saham rumah mode seperti Armani ataupun Coco Channel. Di Bursa Frankfurt Jerman, terdapat saham Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund yang diperdagangkan. Di Belanda, terdapat saham Ajax Amsterdam. Para pebisnis tentu akan tergiur kala mengetahui hitung-hitungan nilai uang yang bisa mereka raup dari sepakbola. Makanya tak mengherankan bila para milyuner dunia beramai-ramai terjun menjadi pemilik klub sepakbola di Eropa, seperti Roman Abramovich, milyuner Rusia yang menjadi pemilik Chelsea dan mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra yang pernah menjadi pemilik Manchester City. Sebagian dari mereka melakukan itu didasari oleh kecintaan pada olahraga sepakbola, namun sebagian yang lain pasti didasari oleh kepentingan bisnis. Hal-hal itulah yang membuat sepak bola menjadi olahrga paling popular di dunia.

Penutup
Tidak bisa dipungkiri ketika berbicara tentang olahraga, maka sebagian besar orang akan mengatakan bahwa sepakbola adalah olahraga paling popular di dunia. Banyaknya faktor mulai dari sejarah sepakbola yang dari dulu sudah ada, klub-klub terkenal, pemain-pemain bintang, merchandise, sponsor, hak siar, suporter fanatik, hingga adu gengsi di setiap pertandingannya membuat sepakbola menjadi olahraga paling popular di dunia.

Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar