Senin, 08 Februari 2016

Jurnal Mengetahui Kandiungan Bahan Pengawet Boraks Pada Bakso di Desa Jatibarang



MENGETAHUI KANDUNGAN BAHAN PENGAWET BORAKS PADA BAKSO DI DESA JATIBARANG
Oleh: Eva Aprilia

ABSTRAK
Berbagai macam makanan terdapat di sekitar kita, Dari sekian banyak macam makanan itu, belum tentu semuanya aman dari zat berbahaya dan makanan yang berkualitas. Penggunaan bahan tambahan pada makanan semakin meningkat. Boraks, adalah salah satu dari sekian bahan  tambahan berbahaya yang di gunakan pada makanan. Bila di tambahkan pada bakso, akan membuat kenyal dan tahan lama. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks dalam jangka panjang bisa menyebabkan gangguan hati, ginjal, otak, bahkan kematian. Penelitian ini bertujuan utuk mengetahui kandungan boraks pada bakso yang di jual di Desa Jatibarang,denggunakan metode nyala api dan penambahan asam basa. Analisis boraks pada 2 sampel yang dijual oleh penjual bakso di sekitar desa Jatibarang dengan menggunakan metode uji nyala direaksikan dengan pereaksi asam sulfat pekat dan methanol tidak menghasilkan nyala hijau yang berarti tidak terdeteksi boraks.


PENDAHULUAN
Berbagai macam makanan terdapat di sekitar kita, dari makanan ringan seperti kue,martabak, pukis, dan lain-lain,  sampai makanan besar seperti nasi rames,nasi lengko, bakso dan banyak macamnya lagi. Dari sekian banyak macam makanan itu, belum tentu semuanya aman dari zat berbahaya dan makanan yang berkualitas, baik dari segi kandungan gizinya maupun dari segi kenikmatan rasanya.
Penggunaan bahan tambahan pada makanan semakin meningkat, seperti bahan pengawet yang melampaui ambang batas yang telah ditentukan. Penambahan bahan tambahan ke dalam makanan merupakan hal yang dipandang perlu untuk meningkatkan mutu suatu produk sehingga mampu bersaing di pasaran. Bahan tambahan tersebut diantaranya: pengawet, penyedap rasa pewarna dan aroma, antioksidan, pemanis, dan pengental . Namun pada nyatanya, ada beberapa produsen atau pedagang nakal yang masih menambahkan zat bahaya itu ke dalam makanan yang di buatnya.
Boraks, adalah salah satu dari sekian bahan  tambahan berbahaya yang di gunakan pada makanan. Bila di tambahkan pada bakso, akan membuat kenyal dan tahan lama. Padahal fungsi dari boraks itu sendiri non pangan yaitu sebagai racun serangga, pembersih lantai, pengawet kayu(Suhanda, 2012). Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks dalam jangka panjang bisa menyebabkan gangguan hati, ginjal, otak, bahkan kematian.
Karena masih banyak penggunaan boraks di lingkungan masyarakat, maka dianggap perlu mengadakan penelitian ini agar bisa memberikan rasa aman bagi masyarakat (Sudarwati, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan bahan zat pengawet boraks pada bakso di Jatibarang.


Kajian Teori
Metode dan Bahan
            Penelitian ini dilaksanakan pada minggu ketiga bulan Desember tahun 2015. Lokasi penelitian bertenpat di desa Jatibarang, dan untuk analisis  kadar boraks di lakukan di balai desa setempat. Menggunakan metode nyala api dan metode reaksi asam basa . Sampel di ambil dari penjual baso yang ada di sekitar desa Jatibarang. Data yang dikumpulkan pada peneltian ini merupakan data primer, yaitu data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan menggunakan pengambilan sampel langsung pada penjual bakso.


ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis
Analisis boraks pada 2 sampel yang dijual oleh penjual bakso di sekitar desa Jatibarang dengan menggunakan metode uji nyala direaksikan dengan pereaksi asam sulfat pekat dan methanol tidak menghasilkan nyala hijau yang berarti tidak terdeteksi boraks.

Pembahasan
Dari hasil sampel di atas, dapat diketahui bahwa dengan metode nyala api  menghasilkan nyala api berwarna biru, ini menunjukkan bahwa  sampel tersebut tidak mengandung bahan pengawet boraks. Apabila menghasilkan api berwarna hijau, berarti menunjukkan sampel itu mengandung boraks.
Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai industri nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks biasa berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tetapi boraks tidak dapat larut dalam alkohol. Boraks biasa digunakan sebagai pengawet dan antiseptic kayu. Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat didalamnya.
Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh. Berikut beberapa pengaruh boraks pada kesehatan.
a. Tanda dan gejala akut :
Muntah-muntah, diare, konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)
b. Tanda dan gejala kronis
- Nafsu makan menurun
- Gangguan pencernaan
- Gangguan SSP : bingung dan bodoh
- Anemia, rambut rontok dan kanker.
Pada umumnya, alasan para produsen menggunakan boraks sebagai bahan pengawet makanan adalah karena bahan ini mudah digunakan dan mudah didapat, karena harga nya relatif murah dibanding bahan pengawet lain yang tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Selain itu, boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Beberapa contoh makanan yang dalam pembuatannya sering menggunakan boraks dan formalin adalah bakso, kerupuk, ikan, tahu, mie, dan juga daging ayam. Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging.
Tidak ditemukannya boraks pada bakso yang di jual di Desa Jatibarang itu karena penjual memiliki sikap positif dan mengetahui bahaya dari penambahan bahan makanan boraks bagi kesehatan pelanggannya. Bakso yang di jual mereka bisa bertahan lama itu karena bakso tersebut selalu dalam keadaan hangat saat di jual da sisa bakso yang belum terjual di masukkan ke dalam lemari pendingin. Dengan perlakuan tersebut para penjual berpendapat bahwa bakso tersebut dapat bertahan hingga 2 hari.

Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
Dari kedua sampel bakso tersebut tidak di temukkan nyala api hijau dengan menggunakan metode nyala api, itu berarti bakso mereka tidak mengandung  bahan tambahan boraks.

Saran
-          Berikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai boraks, pengertian, fungsinya, serta dampaknya apabila tidak digunakan sesuai fungsinya.
-          Masyarakat harus lebih jeli dalam memilih makanan dan tidak membelinya bila sepertinya mengandung bahan boraks.
-          Kesadaran dari masyarakat untuk membantu pemberantasan dan pencegahan penggunaan boraks pada bahan makanan
-          Perbanyak menggunakan metode-metode penelitian  dan menggunakan laboratorium yang memadai


Daftar Pustaka
Sudarwati, 2007. Pembuatan Bakso Daging Sapi Dengan Penambahan Kitosan. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Suhanda, Rikky. 2012. Higiene Sanitasi Pengolahan dan Analisa Boraks pada Bubur Ayam yang Dijual di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar