Senin, 08 Februari 2016

Jurnal Penerapan Program Jam Baca dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Harapan



PENERAPAN PROGRAM JAM BACA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA KELAS VII SMP NEGERI  1 HARAPAN

Oleh: Imah Halimah


ABSTRAK

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini adalah untuk mengetahui;
Pengertian membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Tujuan membaca  untuk mencari serta memperoleh informasi, mencangkup isi dan memahami makna bacaan.
Kemampuan dalam membaca menurut Tampubolon (1987:7), kemampun membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan.
minat membaca  minat baca merupakan hasrat yang kuat seseorang baik disadari ataupun tidak yang terpuaskan lewat perilaku membacanya.
Membaca ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat sehingga dengan demikian membaca serta efisien dapat terlaksana.
membaca intensif adalah study seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugasyng pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari.
Kemapuan membaca berhubungan dengan minat dan kebiasaan membaca. Setiap siswa dituntut untuk memiliki  minat dan kemampuan membaca yang baik karena besarnya manfaat membaca bagi seseoran. Namun hal itu tidak sesuai dengan fenomena ynag terjadi rendahnya minat membaca terhadap siswa berdampak pula pada kemampuan membacanya. Hal tersebut mmembuktikan bahwa siswa memiliki minat dan kemampuan membaca yang rendah.
Program jam baca merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca. program ini dilaksanakan karena rendahnya minat dan kemampuan membaca siswa.


PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Membaca merupakan salah satu diantara empat keterampilan berbahasa selain keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis yang penting untuk dipelajari dan dikuasai. Untuk itu, pengajar dan siswa harus memiliki kerja sama yang baik dalam proses pembelajaran bahasa. Setiap proses pembelajaran berbahasa hendaknya lebih diperhatikan agar tepat sasaran dan mampu meningkatkan kemampuan berbahasa siswa. Termasuk di dalamnya adalah keterampilan membaca yang memiliki banyak manfaat dalam perkembangan berbahasa siswa. Melalui kegiatan membaca siswa mampu memperoleh banyak pengetahuan. Oleh sebab itu, guru sebaiknya memiliki perhatian khusus dalam kompetensi membaca ini karena selain manfaatnya yang besar bagi siswa, membaca juga merupakan kegiatan yang kompleks. (Tarigan 1988:7) membaca suatu proses yang bersifat kompleks yang meliputi kegiatan fisik dan mental. dapat berupa intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan sebagainya.
Penerapan jam baca yang rutin dilaksanakan di sekolah-sekolah akan memberikan dampak positif bagi peningkatan perilaku membaca anak bangsa di masa yang akan datang. Namun, dalam penerapannya tidak hanya membutuhkan partisipasi dari para siswa, tetapi juga membutuhkan kerja sama dari kepala sekolah, guru, dan petugas perpustakaan.
Minat dan kemampuan membaca siswa kelas VII SMP Negeri 1 Harapan tergolong rendah. Rendahnya minat membaca siswa terbukti dari hasil jawaban angket siswa yang diperoleh yaitu 100% siswa menjawab menyukai kegiatan membaca namun, frekuensi membaca mereka masih rendah. Hal tersebut terbukti dari kunjungannya ke perpustakaan hanya 52% siswa yang ke perpustakaan hanya sekali dalam seminggu, sedangkan 48% siswa lain mengaku tidak pernah mengunjungi perpustakaan. Indikator lain untuk mengetahui minat membaca siswa yaitu kesediaan dalam memperoleh bahan bacaan. Melalui hasil angket diperoleh hasil kesediaan siswa untuk mendapatkan bahan bacaan dengan meminjam buku di perpustakaan hanya 48 % siswa yang menjawab jarang meminjam buku, sedangkan 41% siswa tidak pernah meminjam buku di perpustakaan.



LANDASAN TEORI

Pengertian Membaca
Membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan (Tampubolon, 1987:5), sedangkan menurut Soedarso (2004:4), membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat. Membaca dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Selain itu, membaca merupakan suatu aktivitas yang memiliki banyak manfaat. Melalui membaca, seseorang diharapkan antara lain sebagai berikut, (1) memperoleh informasi dan
tanggapan yang tepat, (2) mencari sumber, menyimpulkan, menjaring, dan menyerpa informasi dari bacaan, dan (3) mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan mengambil manfaat dari bacaan (Syafi’ie, 1993:2). Pendapat lain dikemukakan oleh Rahim (2001:163) yang menyatakan bahwa membaca meliputi informasi tekstual yang dihubungkan dengan istilah skemata menunjukkan kelompok konsep yang tersusun dalam otak seseorang yang berhubungan dengan objek-objek, tempattempat, tindakan-tindakn atau peristiwa-peristiwa.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah salah satu dari kemampuan berbahasa yang memiliki banyak manfaat yang bersifat kompleks dan rumit dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh.
                                                                                                             
Tujuan Membaca
Untuk mencari serta memperoleh informasi, mencangkup isi dan memahami makna bacaan.
Rahim (2008:11), adapun macam-macam tujuan membaca yaitu:                       
1.      Kesenangan
2.      menyempurnakan membaca nyaring
3.       menggunakan strategi tertentu
4.      memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik
5.       mengaitkan informasi yang baru dengan informasi yang telah diketahuinya


Faktor-Faktor dalam Membaca
Menurut Pandawa, dkk (2009) ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap proses pemahaman. Faktor-faktor tersebut adalah:
1.      faktor kognitif berkaitan dengan pengetahuan, pengalaman dan tingkat kecerdasan (kemampuan berfikir) seesorang.
2.      faktor afektif berkaitan dengan kondisi emosional, sikap, dan situasi.
3.      faktor teks bacaan berkaitan dengan tingkat kesukaran dan keterbacaan suatu bacaan yang dipengaruhi oleh pilihan kata, struktur, isi bacaan, dan penggunaan bahasanya.
4.       faktor penguasaan bahasa berkaitan dengan tingkat kemampuan berbahasa yang berkaitan dengan penguasaan perbendaharaan kata, struktur, dan unsur-unsur kewacanaan.

Kemampuan Membaca                                                       
Menurut Tampubolon (1987:7), kemampun membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. Siswa yang memiliki kemampuan membaca yang memadai akan mampu menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan (Syamsi dan Kusmiyatun, 2006:219-220). Ia juga menyimpulkan bahwa berdasarkan temuan lapangan, ternyata ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan membaca pemahaman siswa. faktor penyebab tersebut dapat digolongkan dalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dari dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal adalah dari luar diri siswa. faktor internal dapat berupa motivasi, semangat, kemampuan dan lainnya, sedangkan faktor eksternal dapat berupa guru, model belajar, pendekatan dan teknik belajar, media, sarana, dan sebagainya.

Minat Membaca
Minat baca merupakan hasrat yang kuat seseorang baik disadari ataupun tidak yang terpuaskan lewat perilaku membacanya. Minat menentukan kegiatan dan frekuensi membaca,
mendorong pembaca untuk memilih jenis bacaan yang dibaca, menentukan tingkat partisipasi di kelas dalam mengerjakan tugas, bertanya-jawab, dan kesanggupan membaca di luar kelas. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca, dan jumlah buku yang dibaca anak.
Hal-hal yang berkaitan dengan masalah kebiasaan membaca adalah sebagai berikut:
1.      Waktu membaca
Membaca kapan saja dan di mana saja belum menjadi budaya masyarakat Indonesia. Masyarakat indonesia lebih suka berbicara dan menyimak dibanding membaca dan menulis sehingga menganggap tidak terlalu penting untuk mengalokasikan waktu untuk membaca.
Sebenarnya alokasi jam baca tidak memerlukan waktu yang terlalu lama. Cukup 45 menit dalam seminggu untuk membaca apa saja yang menarik minatnya untuk membaca.
2.      Frekuensi membaca
Frekunsi membaca tiap orang berbeda. Hal tersebut tergantung pada minat seseorang dalam membaca dan kepentingan tertentu yang mendasari orang membaca. Seseorang bisa saja membaca tiga kali sehari rutin dalam seminggu, bisa juga seseorang membaca hanya sekali setahun ketika ia berada dalam keadaan yang mengharuskan ia harus membaca.
3.      Sikap membaca
Adapun sikap-sikap dalam membaca adalah sebagai berikut.
a.       Sabar
Kesabaran diperlukan saat membaca karena bila tergesa-gesa dalam memaknai suatu gagasan, bisa jadi kesimpulan yang didapt akan salah.
b.      Telaten
Ketelatenan mengambil makna-makna yang tersebar di sepanjang halaman buku kemudian mengumpulkan dan menghimpunnya kembali amat diperlukan karena kalau tidak, akan banyak gagasan hilang.
c.       Tekun
Ketekunan diperlukan untuk membantu kita menyisir himpunan kata, kalimat, alinea, bab, dan bagian demi bagian yang menyimpan gagasan pokok dan hal-hal penting yang perli diperhatikan..
d.      Sungguh-sungguh
Kesungguhan dalam menemukan makna dan memahami maksud penulis sangat penting dalam proses membaca.


Beberapa faktor penghambat membaca berasal dari guru dan siswa
Faktor dari guru
1.      Kekurang telitian guru dalam mengajarkan pelajaran membaca
Guru tidak menagajk siswa membaca secara langsung dengan melibatkan masing-masingindividu tetapi secara keseluruhan. Sehingga kekurangan siswa dalam membaca individu tidak dapat diketahui secara pasti satu persatu.
2.      Teknik mengajar yang digunakan guru kurang tepat
Teknik yang digunakan oleh guru selama ini adalah teknik ceramah. Guru sebagai pembicara yang menyampaikan materi dan teori pengajaran, sedangkan siswa yang bertugas sebagi pendengar merekam dan menyerap materi yang disampaikan oleh guru tersebut.
3.      Guru kurang memberi motivasi kepada siswa untuk membaca
Guru kurang memberi pengertian banyak memberi arahan dan motivasi kepada siswa untuk aktif dan gemar membaca dimanapun berada agar siswa dapat memperkaya kosakata dan menambah ilmu.
Faktor dari siswa
1.      Siswa kurang berminat untuk mengikuti pelajaran membaca
2.      Siswa kurang menyadari betapa pentingnya membaca
3.      Siswa tidak memahami hakikat membaca ekstensif yang sebenarnya
4.      Siswa kurang latihan membaca
5.      Siswa sulit menemukan informasi dengan bacaan
6.      Tebalnya bahan bacaan sehingga membuat mereka tidak menyukai bacaan. Mereka lebih suka membaca komik atau majalah yang mudah untuk dibaca, daripada buku-buku pelajaran yang lebih sulit untuk dipahami
7.      Situasi dan kondisi yang kurang nyaman


Membaca Ekstensif
(Tarigan 1984:31) menyatakan membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ekstensif meliputi:
1.      Membaca Survey
Membaca survey adalah meninjau, meneliti, mengkaji, dan cara membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah buku. Bagian-bagian buku yang disurvai adalah bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal (preliminaries) yang disurvai meliputi halaman judul, kata pengarang, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan abstrak (bila ada). Pada halaman judul yang disurvai adalah judul buku, pengarang, penerbit, tempat terbit, dan tahun terbit. Bagian isi yang disurvai meliputi judul tiap bab, subjudul, bagan, diagram, grafik, dan tabel (bila ada). Bagian akhir buku yang disurvai meliputi simpulan, daftar pustaka, dan indeks (bila ada). Cara mensurvai bagian-bagian tersebut adalah dengan membuka-buka bagian-bagian tersebut secara cepat dan menyeluruh dalam sekali pandang. Bagian-bagian buku yang disurvai dibaca dengan teknik baca layap (skimming,) yaitu membaca secepat mungkin halaman demi halaman. Survai dilakukan dalam waktu beberapa menit saja dan merupakan kegiatan awal dari penerapan metode ini.
Tujuan dilakukannya survai adalah untuk mengetahui anatomi buku, mutu buku, dan gambaran umum isi buku. Anatomi buku merupakan bagian-bagian dari sebuah buku yang umumnya meliputi bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Tahap mensurvai buku diperlukan untuk tahap berikutnya. Jika tidak melakukan survai, pembaca tidak akan bisa membuat pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan isi buku. Survai juga digunakan untuk mengetahui mutu buku. Buku yang bermutu baik akan mengandung bagian-bagian buku yang lengkap. Bagian awal dari sebuah buku yang lengkap terdiri atas halaman judul, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan sari. Bagian isi dari sebuah buku yang baik adalah terdapat bab, sub-sub bab, ringkasan yang tersusun secara sistematis. Bagian akhir dari sebuah buku yang bermutu meliputi simpulan, daftar pustaka, dan indeks.      
2.      Membaca Sekilas
Membaca sekilas atau membaca Skimming adalah sejenis membaca yang membuat mata bergerak dengan cepat melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan informasi secara cepat.
Untuk menemukan atau menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.
Teknik membaca skimming digunakan dengan lima tujuan, yaitu mengenal topik bacaan, opini, bagian penting organisasi bacaan, penyegaran, dan memperoleh kesan umum (Harjasujana dan Mulyati 1997: 64-65, Soedarsono 2004: 88-89, Widyamartaya 2004: 44, dan Tarigan 1994: 32).
Pertama, yang dimaksud topik bacaan adalah judul buku atau artikel, judul-judul bab, dan judul subbab. Misalnya pembaca datang ke toko buku untuk mengetahui buku-buku membaca apa yang terdapat pada toko buku tersebut. Pembaca melihat secara sekilas judul-judul buku membaca yang terdapat rak khusus buku-buku membaca. Dengan men-skim buku tersebut, pembaca tahu judul-judul buku apa saja yang tersedia di toko buku tersebut. Apabila ada buku yang cocok, ia bisa saja mengambil buku tersebut untuk membaca sekilas daftar isi buku itu guna mengetahui apakah ada judul bab atau subbab yang diinginkannya.
Kedua, opini berarti pendapat, pikiran atau pendirian. Pada sebuah bacaan opini belum tentu ada. Bacaan ilmiah biasanya tidak mengandung opini, tetapi bacaan yang bersifat populer umumnya ada opininya. Kadang kala pada sebuah surat kabar memuat artikel yang justru kehadiran opini diwajibkan karena tanpa opini artikel tersebut kurang bermutu sehingga orang yang ingin mengirim artikel untuk kolom itu diharuskan menampilkan opini-opini. Opini digunakan untuk menggugah pikiran pembaca untuk berfikir kritis sehingga pembaca diharapkan dapat memberi umpan baliknya yang berupa tanggapan. Artikel semacam ini diminati pembaca yang ingin mencari hal-hal yang bersifat sensasi.
Ketiga, untuk mengetahui bagian penting dari sebuah bacaan, pembaca tidak perlu membaca keseluruhan bacaan. Pembaca cukup membaca dengan sekilas dari atas sampai bawah untuk menemukan informasi tertentu yang dicari. Informasi yang dicari misalnya adalah nama peristiwa, tempat peristiwa, nama tokoh, jumlah korban. Jika ingin mengetahui bagian penting, pembaca hanya melihat secara skimming seluruh bacaan dengan menangkap ide-ide pokok.
Keempat, penyegaran adalah membaca lagi bacaan secara sekilas untuk mengingat lagi informasi-informasi yang telah disimpan, diperoleh atau diingat. Pembaca melakukan penyegaran pada waktu pembaca sudah selesai membaca bacaan secara menyeluruh. Tujuan dilakukan penyegaran adalah untuk memperkuat atau memantapkan informasi-informasi yang diperoleh pembaca. Caranya adalah dengan menskim halaman demi halaman dengan memperhatikan informasi-informasi atau hal-hal yang penting yang telah diperolehnya. Pada metode SQ3R, cara ini sama dengan tahap review atau meninjau kembali.
Kelima, Kesan umum didapat dari bacaan, baik yang fiksi maupun yang nonfiksi. Pembaca dapat memperoleh kesan umum dari sebuah novel dengan jalan melakukan pandangan sekilas dan menaruh perhatian tertentu pada bagian tertentu. Apabila tertarik hanya pada plot atau sifat umum novel yang dibaca, pembaca memperoleh suatu ide yang baik mengenai novel tersebut dalam tempo setengah jam atau kurang.

Teknik Membaca Ekstensif
1.      Teknik baca-pilih (selecting) adalah membaca bahan bacaan atau bagian-bagian bacaan yang dianggap mengandung informasi dibutuhkan. Dalam hal ini, pembaca hanya memilih dan membaca bagian-bagian bacaan yang diperlukan saja.
2.      Teknik baca-lompat (skipping) adalah membaca dengan melakukan lompatan-lompatan membaca. Maksudnya, bagian-bagian bacaan yang dianggap tidak sesuai dengan keperluan atau sudah dipahami tidak dihiraukan.
3.      Teknik baca-layap (skimming) adalah membaca dengan cepat (sekilas) untuk memperoleh gambaran umum isi buku atau bacaan lainnya secara menyeluruh. Teknik ini digunakan untuk (1) mengenali topik bacaan; (2) mengetahui pendapat orang (opini); (3) mengetahui bagian penting tanpa harus membaca seluruh bacaan.
4.      Teknik baca-tatap (scanning) adalah suatu teknik pembacaan sekilas cepat, tetapi teliti. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi khusus dari bacaan. Misalnya, untuk mencari nomor telepon, mencari makna kata dalam kamus, mencari keterangan tentang istilah dalam ensiklopedi, mencari acara siaran televisi, dan mengetahui daftar perjalanan.

Hambatan-Hambatan Yang Dapat Mengurangi Kecepatan Membaca
1.      Vokalisasi atau berguman ketika membac
2.      Membaca dengan menggerakan bibir tetapi tidak bersuara
3.      Kepala bergerak searah tulisan yang dibaca
4.      Subvokalisasi; suara yang biasa ikut membaca di dalam pikiran kita
5.      Jari tangan selalu menunjuk tulisan yang sedang kita baca
6.      Gerakan mata kembali pada kata-kata sebelumnya


Manfaat Membaca Ekstensif
1.      Memahami bagian bacaan yang penting
2.      Mengetahui gambaran umum isi buku
3.      Mengetahui isi buku secara cepat.
4.      Memperoleh pemahaman secara dangkal.
5.      Memperoleh hal – hal yang baru.

Membaca Intensif    
Membaca intensif pada hakikatnya adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu bacaan (tugas ) yang pendek kira-kira dua sampai empat halarnan setiap hari (Tarigan 1994 : 35).
Menurut Suyatmi dan Mujiyanto (1989:85), membaca intensif ialah suatu aktivitas membaca yang sangat membutuhkan kecermatan dan ketajaman pikir, merupakan kunci pemerolehan ilmu pengetahuan. Membaca terhadap penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas atau bacaan. Membaca intensif atau intensif reading adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari.
                                                                                                                               
Tujuan Membaca Intensif                                                                                   
1.      Untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumentasi yang lugas
2.      Untuk memperoleh ide – ide yang terdapat dalam suatu bacaan.
3.      Untuk mengetahui serta menelaah isi suatu bacaan secara mendalam.
4.       Mempebanyak kata – kata yang dimiliki.
5.      Mengembangkan kosakata.


PEMBAHASAN

Pada bagian pembahasan ini dipaparkan hasil (1) proses penerapan program jam baca dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 1 Harapan, (2) hasil program jam baca dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 1 Harapan, dan (3) hasil program jam baca dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 1 Harapan.

1.      Proses Penerapan Program Jam Baca dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Siswa SMP Negeri 1 Harapan
Program jam baca merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 1 Harapan. program ini dilaksanakan karena rendahnya minat dan kemampuan membaca siswa di SMP Negeri 1 Harapan. Beberapa hasil terkait proses penerapan program jam baca dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 1 Harapan. Proses program jam baca terdiri atas empat tahap meliputi: (1) tahap praprogram, (2) tahap awal program,(3) tahap inti program, dan (4) tahap penutup program. Pada tahap pelaksanaan inti program, guru menjelaskan materi tentang konsep dan langkah-langkah menulis identitas buku, ringkasan cerita, komentar dan alasan, serta kutipan bagian yang dikomentari, dan latihan mengisi contoh cerita “Legenda Batu Menangis”. Pada tahap berikutnya adalah pemilihan bahan bacaan menggunakan penggiliran berdasarkan deret meja siswa.Bahan bacaan tersebut telah disesuaikan dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa. Selain itu, buku cerita tersebut dipilih sesuai pertimbangan kemampuan dan kebutuhan sesuai dengan usianya. Waktu yang diberikan pada siswa untuk membaca yaitu 25 menit. Selama siswa membaca, guru berkeliling untuk memantau dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Tahap selanjutnya, guru meminta siswa mengerjakan jurnal membaca sesuai buku cerita masing-masing. Siswa mampu mengisi jurnal sesuai arahan yang diberikan. Setelah selesai membaca, siswa diminta membuat komentar dan alasan dari segi isi atau bahasa dari buku cerita yang dibaca. Tahap berikutnya dilakukan dengan pembacaan hasil komentar dan pemberian tanggapan oleh teman yang lain. Tahap ini dilakukan dengan menggunakan metode talking stik. Pada tahap terakhir, penutup program,guru menanyakan kesan dan kesulitan siswayang dialami dalam mengikuti program jam baca. Pada kegiatan  terakhir, guru memberikan motivasi dengan menjelaskan manfaat membaca dan pentingnya membaca bahan bacaan yang bervariatif.

2.      Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca
Siswa SMP Negeri 01 Puri
Dalam penerapan program jam baca, kompetensi yang diajarkan pada siswa yaitu “Mengomentari Buku Cerita yang Dibaca Dalam kompetensi ini bertujuan agar siswa memiliki kemampuan membaca yang baik untuk memahami isi bacaan dan memberikan penilaian atau pendapat sesuai skemata yang dimiliki oleh siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pada studi pendahuluan, siswa yang mengalami ketuntasan atau nilai mencapai KKM Hanya seperempat 24% siswa. Setelah dilakukan tindakan penerapan program jam baca,siswa yang mencapai KKM meningkatsebesar 44% sehingga menjadi 68%. Untuk siklus 2 dilakukan beberapa perbaikan dari kekurangan pada pelaksanaan tindakan siklus 1 sehingga terjadi peningkatan. Peningkatan yang dialami sebesar 16%, sehingga jumlah ketuntasan hasil kemampuan membaca menjadi 84%. Hasil kemampuan membaca dilihat juga dari segi kualifikasi nilai yang diperoleh. Pada studi pendahuluan,persentase jumlah siswa pada kualifikasi SB adalah 12%. Setelah pelaksanaan program jam baca siklus 1, jumlah siswa dengan kulifikasi SB mengalami peningkatan cukup besar yaitu menjadi 36%. Pada siklus 2 peningkatan jumlah siswa dengan kualifikasi SB kembali mengalami peningkatan besar menjadi 56%. Selain itu, setiap siklus juga mengalami
penurunan jumlah siswa dengan kualifikasi cukup (C), kurang (K), dan gagal (G). Bahkan pada siklus 2, sudah tidak terdapat siswa dengan kualifikasi kurang dan gagal. Hal tersebut menunjukkan pelaksanaan program jam baca berhasil meningkatkan kemampuan membaca.

3.      Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Minat Membaca Siswa SMP
Negeri 1 Harapan
Selain untuk meningkatkan kemampuan membaca, tujuan pelaksanaan program jam baca adalah juga untuk meningkatkan minat membaca siswa SMP Negeri 1 Harapan. Peningkatan minat membaca dalam hal ini berfokus pada frekuensi membaca dan variasi bahan bacaan (jenis teks). Fokus tersebut menjadi pengukur dalam peningkatan minat membaca pada siswa. Selain itu, indikator pengukur tersebut merupakan aspek keadaan membaca seseorang. Pada siklus 1 minat membaca siswa mengalami peningkatan. Pada siklus ini tidak terdapat siswa yang tidak memiliki minat baca seperti pada studi pendahuluan. Namun, frekuensi membaca siswa masih cenderung rendah. Frekuensi membaca siswa dengan kualifikasi rendah terdapat sebagian besar (88%) siswa, sedangkan siswa dengan kualifikasi sedang meningkat menjadi 3 siswa. Namun, belum terdapat siswa yang memiliki frekuensi membaca dengan kualifikasi tinggi. Peningkatan yang terjadi tidak begitu besar. Akan tetapi, dengan adanya peningkatan ini menunjukkan adanya peningkatan pula pada antusiasme siswa untuk mulai menyukai kegiatan membaca. Pada siklus 2, hasil minat membaca siswa juga mengalami peningkatan frekuensi membaca. Siswa yang memiliki frekuensi membaca dengan kategori rendah berkurang dari 88% menjadi 28%, siswa yang memiliki kategori membaca sedang meningkat dari 12% menjadi 56%, sedangkan pada siklus ini juga terdapat siswa yang memiliki kategori membaca tinggi yaitu 12%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa secara bertahap minat dan antusiasme siswa dalam membaca sudah meningkat. Berdasarkan hasil keseluruhan ditinjau dari frekuensi membaca, peningkatan minat membaca siswa kelas VII SMP Negeri 1 Harapan  belum mengalami peningkatan yang besar. Hal tersebut terjadi karena dalam pembiasaan minat membaca siswa melalui program jam baca membutuhkan waktu yang lama karena hanya dalam waktu 3 minggu tidak dapat membuat perubahan besar dalam peningkatan minat membaca. Selain itu, pembinaan minat membaca perlu dilakukan secara berkelanjutan. Pada studi pendahuluan,semua siswa belum memiliki variasi bahan bacaan. Setiap siswa hanya membaca satu jenis bahan bacaan. Dari jumlah siswa yang memiliki minat membaca, sebagian kecil(32%) siswamemiliki kecenderungan membaca buku sastra/fiksi. Siswa yang memiliki bahan bacaan lain yaitu berupa buku pengetahuan dan koran/majalah yaitu seperlima (20%) siswa. Dari 5 siswa tersebut, terdapat 2 siswa (8%) memiliki kecenderungan membaca koran/majalah dan 3 siswa (12%) membaca buku pengetahuan. Kecenderungan bahan bacaan yang dibaca siswa menunjukkan bahwa siswa belum memiliki kesadaran akan pentingnya membaca bahan bacaan variatif. Siswa hanya membaca buku yang sesuai dengan minatnya masing-masing. Variasi bacaan setelah dilakukan tindakan siklus 1 belum mengalami peningkatan relatif tetap. Hanya terdapat 1 siswa yang mengalami variasi yaitu membaca koran/majalah dan buku sastra/fiksi. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tindakan siklus 1 belum berhasil meningkatkan variasi bahan bacaan siswa. Dari hasil tindakan siklus 2 bahan bacaan siswa cukup variatif, terdapat sebagian besar (84%) siswa sudah memiliki 2 variasi bacaan, 1 (4%) siswa memiliki 3 variasi bacaan, tetapi masih ada sebagian kecil (12%) siswa bacaannya belum bervariasi. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa program jam baca siklus 2 sudah berhasil meningkatkan minat membaca siswa SMP Negeri 1 Harapan.


Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini dikumpulkan dengan hasil penelitian adalah pedoman observasi, pedoman
wawancara, angket.      
a.       Observasi                                                                        
Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati dan sekaligus berpartisipasi dalam suasana. Dalam teknik ini terdapat beberapa tahapan dalam pelaksanaan program jam baca yang hendak diamati, yaitu (1) praprogram, (2) kegiatan awal program (3) kegiatan inti program , dan (4) kegiatan penutup program. Dalam empat tahapan tersebut memiliki indikator yang berbeda. Pada tahapan praprogram peneliti mengamati aspek kesiapan siswa
sebelum dimulainya program. Pada tahapan awal program indikator yang diamati adalah kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan apersepsi dan sikap siswa saat dijelaskan pengarahan. Sedangkan, pada tahapan inti program indikator yang diamati meliputi: (1) perhatian siswa ketika materi dijelaskan, (2) sikap tertib siswa dalam memilih bahan bacaan, (3) sikap membaca siswa dengan seksama, (4) kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan saat kesulitan. Pada tahapan penutup program, indikator yang diamati oleh peneliti yaitu keaktifan siswa mengungkapkan kesan dan kesulitan yang dialami serta antusias siswa dalam memperhatikan motivasi membaca yang diberikan.
b.       Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti yang digunakan untuk mengetahui minat membaca siswa sebelum program jam baca. Wawancara dilakukan kepada pengelola perpustakaaan yang mengetahui minat membaca siswa secara langsung berdasarkan hasil presensi siswa dan peminjaman buku di perpustakaan. Teknik tersebut dilakukan bedasarkan pada pedoman wawancara. Mengetahui hasil penerapan program jam baca dalam peningkatan minat membaca siswa kelas VII SMP Negeri 1 Harapan.
c.       Angket                                                                            
Angket/kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya (Arikunto, 2009:151). Dengan demikian, angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang untuk kepentingan penelitian. Angket digunakan oleh peneliti untuk mengetahui peningkatan minat baca siswa sebelum dan sesudah penerapan program jam baca sekolah.
Adapun aspek yang dikumpulkan melalui angket yang diberikan kepada siswa meliputi;
(1) minat membaca siswa, (2) alasan siswa suka membaca, (3) alasan siswa tidak suka membaca, (4) pemberi motivasi mereka untuk membaca, (5) minat berkunjung ke perpustakaan, (6) kegiatan yang dilakukan siswa di perpustakaan, (7) alasan siswa tidak suka berkunjung ke perpustakaan.



SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan program jam baca mampu meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 1 Harapan. Proses penerapan program jam baca terdiri atas empat tahap meliputi: (1) tahap praprogram, (2) tahap awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap penutup program. Dalam tahapan program jam baca terdiri atas beberapa langkah yaitu tahap praprogram terdiri atas kegiatan menyiapkan siswa di perpustakaan untuk menerima pengarahan; tahap awal program terdiri atas kegiatan guru memberi apersepsi dan pengarahan; tahap inti program terdiri atas kegiatan pemberian materi oleh guru, pemilihan bahan bacaan oleh masing-masing siswa.
Peningkatan hasil kemampuan membaca melalui penerapan program jam baca dapat dilihat dari nilai hasil jurnal membaca 25 siswa sesuai kualifikasi. Siswa yang berkualifikasi sangat baik meningkat dari 12% (siklus 1) menjadi 36% (siklus 2) dan siswa yang berkualifikasi baik meningkat dari 20% (siklus 1) menjadi 40% (siklus 2). Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan membaca melalui penerapan program jam baca. Peningkatan kualitas hasil minat membaca melalui penerapan program jam baca dapat dilihat dari peningkatan frekuensi membaca dan variasi bahan bacaan.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan tersebut disarankan kepada guru Bahasa Indonesia adalah mampu menerapkan program jam baca secara terorganisasi untuk diikuti semua siswa. Guru juga perlu melaksanakan pembelajaran membaca dengan memanfaatkan fasilitas ruang perpustakaan untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa. Hal tersebut dapat membantu pencapaian tujuan program jam baca. Untuk menunjang hal tersebut, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Harapan perlu meningkatkan fasilitas buku bacaan perpustakaan agar siswa merasa nyaman saat membaca di perpustakaan.Saran bagi peneliti lain yang melakukan
penelitian sejenis adalah dapat menindaklanjuti dengan penelitian yang lain. Tindak lanjut tersebut dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan hasil pembelajaran membaca.



Daftar Pustaka

·         Hasanah dkk. 2011. Membaca Ekstensif: Teori, Praktik, dn Pembelajaran. Malang: Pustaka Kaiswaran
·         Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru
·         Nurhadi. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: CV
·         Prof. DR. Henry Guntur Tarigan membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar