Senin, 08 Februari 2016

Jurnal Bunga Raflesia Arnoldi



BUNGA RAFLESIA ARNOLDII
Oleh: Raudlatul Jannah

Abstrak
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman bentuk muka bumi, baik di daratan maupun di dasar laut. Selain keragaman bentuk muka bumi, Indonesia juga diperkaya dari letak geografis maupun letak astronomis. Letak astronomis berpengaruh terhadap iklim, sementara letak geografis berpengaruh terhadap keadaan alam maupun penduduknya. Kondisi yang demikian ini ternyata mempunyai hubungan yang erat dengan segala aktivitas manusianya. Atau dalam kata lain bahwa kondisi sosial suatu wilayah tidak akan terlepas dari keadaan fisiknya. Karena itu kajian/pembahasan geografi adalah mengkaji/membahas saling hubungan antara unsur fisik dan unsur sosial di permukaan bumi.
Pemanfaatan lingkungan fisik oleh manusia pada hakikatnya tegantung pada kondisi lingkungan fisik itu sendiri dan kualitas manusianya. Penguasaan Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat berpengaruh terhadap kegiatan manusia untuk mengelola dan memanfaatkan kondisi lingkungan fisiknya untuk kesejahteraan hidupnya.
 Kata Kunci: kondisi geografis, letak geografis, letak astronomis, kondisi musim, persebaran jenis tanah, persebaran flora dan fauna, kondisi penduduk.

A.                Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman bentuk muka bumi, baik di daratan maupun di dasar laut. Kondisi yang demikian ini ternyata mempunyai hubungan yang erat dengan aktivitas manusianya. Satu ciri utama kajian geografi adalah mengkaji saling hubungan antara unsur fisik dan unsur sosial di permukaan bumi.
Aktivitas penduduk disuatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis terutama kondisi fisiknya. Kondisi geografi fisik tersebut meliputi kondisi iklim, topografi, jenis dan kualitas tanah serta kondisi peraian.
Pemanfaatan lingkungan fisik oleh manusia pada hakikatnya tergantung pada kondisi lingkungan fisik itu sendiri dan kualitas manusianya. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh terhadap kegiatan manusia untuk mengelola dan memanfaatkan kondisi lingkungan fisiknya untuk kesejahteraan hidupnya.
Dalam usaha memahami perkembangan lingkungannya, diharapkan manusia dapat mengenali unsur-unsur lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupannya, baik unsur fisik (alam) maupun unsur sosial. Unsur lingkungan fisik disebut sebagai kondisi geografis, sedangkan unsur lingkungan sosial dalam ilmu geografi lebih mengarah kepada kondisi penduduk yang dipengaruhi kondisi geografisnya. Oleh karena itu keterkaitan antara kondisi geografis dengan kondisi penduduknya sangat erat. Kondisi geografis dan penduduk tiap wilayah di permukaan bumi berbeda-beda, hal ini tergantung kepada kuantitas dan kualitas unsur pendukung lingkungan yang ada pada suatu wilayah.

B.                 Kajian Teori
Curah hujan yang cukup tinggi di daerah tropis mengakibatkan suburnya berbagai jenis tanaman. Oleh karena itu, daerah tropis dikenal sebagai kawasan hutan belukar yang bukan saja menyimpan berbagai potensi kekayaan alam, melainkan juga berperan sebagai paru-paru dunia.
1.      Persebaran flora di Indonesia
Indonesia memiliki beraneka ragam jenis tumbuhan. Iklim memiliki pengaruh yang sangat besar, terutama curah hujan dan suhu udara. Pengaruh suhu udara terhadap habitat tumbuhan di Indonesia telah dikenal dengan klasifikasi Junghuhn, seorang ahli botani asal Jerman yang membagi jenis tumbuhan berdasarkan ketinggian tempat.
Persebaran flora di indonesia bagian barat, tengah, dan timur terbentuk pada jaman es. Pada waktu itu daratan yang masih menyatu kemudian mengalami retakan dan berpisah. Peristiwa itu berlangsung selama jutaan tahun yang lalu dan terbentuklah kepualauan di Indonesia. Setiap pulau memiliki beragam jenis flora atau tumbuhan yang berbeda-beda.
2.      Persebaran flora di indonesia bagian barat, tengah, dan timur
Flora dibagian barat ini terdiri dari hutan hujan tropis. Mengapa demikian? Apakah ada yang tahu? Karena di bagian barat ini curah hujannya tinggi. Berbeda dengan di bagian tengah yang curah hujannya lebih sedikit.
Berikut ini ciri-ciri persebaran flora di indonesia bagian barat:
1. memiliki kawasan mangrove atau hutan bakau yang banyak di sekitar pantai.
2. jenis tumbuhannya sangat beragam atau heterogen.
3. disetiap tahunnya hutan selalu hijau.
4. kayu di dalam hutannya memiliki kaya manfaat seperti kayu jati, kayu mahoni, dan jenis kayu lainnya yang teksturnya sangat keras dan baik untuk bangunan gedung maupun rumah.
5. tumbuhan di hutan banyak yang memiliki ketinggian 60 meter.
Wilayah flora bagian barat adalah pulau kalimantan, pulau bali, pulau jawa, dan pulau sumatra. Jenis flora yang ada di ketiga pulau tersebut sama seperti contoh bunga Raflesia Arnoldi yang ditemukan di Sumatra ternyata di Jawa juga ada. Nama bungan bangkai di pulau jawa terkenal dengan nama bunga Sluweg. Bentuk ukurannya cenderung lebih kecil daripada di Sumatra. Demikian juga di kalimantan juga ada.
3.      Persebaran flora di indonesia bagian tengah.
Flora bagian tengah meliputi pulau Sulawesi dan kepulauan Nusa Tenggara. Dibagian tengah ini jenis hutannya seragam atau hutan homogen yang artinya didominasi oleh satu jenis tumbuhan. Seperti kita ketahui di wilayah Nusa Tenggara banyak ditumbuhu oleh sabana dan stepa. Kalau di wilayah bagian tengah seperti Nusa Tenggara memiliki curah hujannya sedikit. Sehingga kalau pada musim kemarau kita sering menjumpai di daerah sana banyak mengalami kekeringan. Selain itu masih banyak pegunungan kapur. Jenis tumbuhan yang ada di hutan flora bagian tengah adalah pinus, cemara, dan palma.
4.      Persebaran flora di indonesia bagian timur.
Wilayah flora bagian timur mencakup pulau Maluku dan Papua. Ciri-ciri flora bagian timur adalah:
1. memiliki kemiripan dengan flora benua Australia.
2. ketinggian pohonnya lebih rendah daripada flora bagian barat.
3. banyak tanaman semak belukar.
4. pepohonannya masih jarang
Jenis flora yang khas dari bagian timur adalah pohon matoa (sejenis rambutan dari Papua) dan tanaman ficus famili beringin.
5.      Persebaran fauna di Indonesia
Persebaran fauna di Indonesia berkaitan dengan sejarah geologis Kepulauan Indonesia. Menurut Alfred Russel Wallace, terdapat perbedaan sebaran binatang di Indonesia. Klasifikasi persebaran fauna di Indonesia dikenal dengan sebutan kralsifikasi garis wallace. Menurut klasifikasi ini Indonesia memiliki dua sebaran hewan, yaitu: a) di bagian barat merupakan daerah dengan jenis hewan berasal dari Benua Asia; dan b) bagian timur adalah daerah dengan jenis hewan dari Benua Australia. Namun dalam klasifikasi ini dibagi lagi oleh Wallace menjadi tiga tipe fauna, yaitu: tipe Asiatis, Asiatis-Australis (Peralihan), dan Australis. Pada perkembangannya Garis Wallace disempurnakan lagi oleh Weber menjadi lebih detil. Ahli binatang lain ialah Lydekker, yang menentukan batas barat fauna Australia dengan menggunakan garis kontur kedalaman laut antara 180-200 meter sekitar Paparan Sahul dan Paparan Sunda.
Hutan Indonesia dikenal kaya akan berbagai jenis Flora dan Fauna. Semua itu ada karena letak Indonesia di daerah Tropis terdiri dari ribuan pulau, mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi. Fauna Indonesia sangat beranekaragam dan tersebar di seluruh wilayah Kepulauan Indonesia dari Bagian Barat, Pertengahan (Peralihan) sampai Bagian Timur sesuai dengan habitat dan kondisi alamnya masing-masing.
Berbagai jenis satwa hidup pada habitatnya, namun kian hari semakin terancam keberadaannya akibat "Kerusakan hutan" dan alih fungsi lahan. Satwa-satwa ini perlu dilindungi, apalagi satwa tersebut merupakan "Satwa Endemik" yang hanya terdapat di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa jenis Fauna Indonesia yang dilindungi, mereka hidup di alam bebas, beberapa diantaranya merupakan Binatang Buas.

C.                Analisis dan Pembahasan
1.      Rafflesia Arnoldii sebagai Puspa Langka
Padma Raksasa (Rafflesia arnoldi) ditetapkan menjadi puspa langka melengkapi Melati Putih (puspa bangsa) dan Anggrek Bulan (puspa pesona). Selain menjadi salah satu dari bunga nasional, Rafflesia arnoldii juga menjadi flora identitas provinsi Bengkulu.
Rafflesia arnoldii atau padma raksasa yang merupakan tanaman endemik Sumatera merupakan satu dari sekitar 30-an jenis Rafflesia yang ditemukan di Asia Tenggara, mulai dari semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan Filipina. Dinamakan padma raksasa lantaran ukuran bunganya yang mampu mencapai diameter 100 cm dengan berat 10 kg.
Tubuhan yang ditetapkan sebagai puspa langka ini tidak memiliki batang, daun, maupun akar yang sebenarnya. Tumbuhan ini hidup secara endoparasit pada tumbuhan inangnya. Satu-satunya bagian tumbuhan Rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima.
Sampai saat ini Rafflesia arnoldii tidak pernah berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya dan apabila akar atau pohon inangnya mati, Raflesia akan ikut mati. Oleh karena itu Raflesia membutuhkan habitat hutan primer untuk dapat bertahan hidup. Mungkin lantaran hal ini yang kemudian menjadi dasar pertimbangan sehingga padma raksasa ditetapkan sebagai puspa langka Indonesia. Bersama melati putih (puspa bangsa) dan anggrek bulan (puspa pesona), Rafflesia arnoldii menjadi bunga nasional Indonesia.
2.      Sejarah Penamaan Rafflesia Arnoldii
Penamaan bunga raksasa ini tidak terlepas oleh sejarah penemuannya pertama kali pada tahun 1818 di hutan tropis Sumatera. Seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold yang menemukan bunga raksasa ini pertama kali. Dr. Joseph Arnold sendiri saat itu tengah mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles.
Jadi penamaan bunga Rafflesia arnoldii didasarkan dari gabungan nama Thomas Stamford Raffles sebagai pemimpin ekspedisi dan Dr. Joseph Arnold sebagai penemu bunga.
3.      Ciri-ciri Rafflesia Arnoldii
Raflesia Arnoldii sebagaimana jenis Rafflesia lainnya merupakan tumbuhan parasit obligat. Ia tumbuh di dalam batang liana (tumbuhan merambat) dari genus Tetrastigma. Rafflesia arnoldii tidak memiliki daun sehingga tidak mampu ber-fotosintesis sendiri. Nutrisi yang dibutuhkan bunga ini diambil dari pohon inangnya.
Selain tidak memiliki daun, bunga yang ditetapkan sebagai flora identitas provinsi Bengkulu dan sebagai puspa langka (satu dari tiga bunga nasional) Indonesia ini juga tidak memiliki batang maupun akar. Praktis bagian tanaman Rafflesia Arnoldi yang tampak hanyalah bunganya saja yang berkembang dalam kurun waktu tertentu.
Bunga Rafflesia Arnoldi (Rafflesia arnoldii) memiliki bunga yang melebar dengan 5 mahkota bunga. Saat mekar diameter bunga ini dapat mencapai antara 70-110 cm dengan tinggi mencapai 50 cm dan berat mencapai 11 kg.
Di dasar bunga di bagian tengah berbentuk gentong terdapat benang sari atau putik, tergantung jenis kelamin bunga. keberadaan putik dan benang sari yang tidak dalam satu rumah membuat presentase keberhasilan pembuahan yang dibantu oleh serangga lalat sangat kecil, karena belum tentu dua bunga berbeda kelamin tumbuh dalam waktu bersamaan di tempat yang berdekatan.
Masa pertumbuhan bunga ini memakan waktu sampai 9 bulan, tetapi masa mekarnya hanya 5-7 hari. Setelah itu rafflesia akan layu dan mati.
4.      Habitat, Persebaran, dan Konservasi
Sejumlah pihak meyakini bunga Rafflesia Arnoldi atau Patma Raksasa merupakan tumbuhan endemik Sumatera. Bunga raksasa ini hanya dapat dijumpai di Bengkulu. Meskipun di beberapa tempat lain seperti di Aceh dan Malaysia pernah dilaporkan tumbuhnya bunga Rafflesia arnoldii, namun dimungkinkan itu ada Rafflesia dari jenis lainnya.
Beberapa lokasi yang sering ditemui tumbuh bunga Rafflesia Arnoldi antara lain di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Pusat Pelatihan Gajah (PLG) Seblat (kabupaten Bengkulu Utara), dan Padang Guci Kabupaten Kaur. TNBBS sendiri telah ditetapkan sebagai pusat konservasi tumbuhan ini.
Bunga Rafflesia Arnoldi memang tanaman langka, sulit ditemukan, serta endemik. Apalagi keberadaannya yang seakan bersembunyi selama berbulan-bulan di dalam tubuh inangnya hingga akhirnya tumbuh bunga yang mekarnya hanya seminggu. Lantaran itu, bunga ini ditetapkan sebagai puspa langka, mendampingi puspa bangsa, dan puspa pesona(3 bunga nasional Indonesia) berdasarkan Kepres No. 4 tahun 1993 tentang Puspa dan Satwa Nasional.
Rafflesia Arnoldi hingga saat ini belum pernah berhasil dikembangbiakan secara eks-situ (di luar habitat aslinya). Dari 30-an jenis Rafflesia, hanya Raflesia Patma saja yang telah dapat berkembang biak di luar habitatnya dan pada 2010 kemarin berbunga di Kebun Raya Bogor.
Namun ternyata berbagai lembaga konservasi Internasional tidak memasukkannya sebagai salah satu tumbuhan langka yang terancam punah. Pun IUCN Redist tidak memasukkan bunga Rafflesia Arnoldi dalam status terancam. Bahkan dari sekitar 30-jenis Rafflesia di seluruh dunia, hanya satu spesies saja yang dianggap terancam punah yakniRafflesia magnifica yang tumbuh di Filipina.
Meskipun demikian, laju deforestasi, kebakaran hutan, serta makin ciutnya luas hutan Sumatera menjadi ancaman serius bagi kelestarian bunga raksasa ini. Apalagi ditambah dengan sikap kurang bertanggung jawab dari sebagian masyarakat yang merusak dan mengambil bunga ini.
5.      Budidaya Rafflesia Arnoldii
Cara membudidayakan bunga raflesia yang tergolong langka belum ditemukan. Para ilmuwan mendorong pemerintah terus mengupayakan keselamatan habitatnya di hutan alam sehingga bunga itu tidak punah.
Secara terpisah, peneliti bunga raflesia dari Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Sofi Mursidawati, mengatakan, upaya mencari teknik budidaya bunga raflesia masih terus diupayakan.
“Kami mengembangkan salah satu spesies raflesia dari Pangandaran, Jawa Barat, tetapi belum sepenuhnya bisa dikatakan berhasil menemukan teknik budidayanya,” kata Sofi.
Menurut dia, ada karakter biologis yang belum sepenuhnya bisa diungkap dari berbagai spesies bunga raflesia. Begitu pula untuk mengetahui cara perkembangbiakannya.
Raflesia merupakan tumbuhan parasit yang menumpang di pohon inang. Menurut Sofi, Rafflesia arnoldii di Bengkulu memiliki inang pohon liana dari genus Tetrastigma. Perambahan hutan menyebabkan pohon liana makin langka.
“Liana itu pohon merambat yang sering ditebas batangnya, kemudian diambil airnya untuk diminum di tengah hutan,” kata Sofi.
Menurut Sofi, jaminan kelangsungan hidup berbagai pohon genus Tetrastigma menjadi prasyarat utama kelangsungan hidup berbagai spesies bunga raflesia. Saat ini LIPI terus menggalakkan konservasi berbagai jenis tumbuhan inang raflesia di Kebun Raya Bogor.
6.      Jenis-jenis Rafflesia Arnoldii
Berikut ini adalah beberapa jenis-jenis Rafflesia Arnoldii di Indonesia:
a)      Rafflesia arnoldi (R. Brown)
b)      Rafflesia hasseltii (Suringar)
c)      Rafflesia Patma (Blumenon Meijer)
d)     Rafflesia rochussenii (Teijsm and Binn)
e)      Rafflesia zollingertana (Koorders)
f)       Rafflesia priceii
g)      Rafflesia godulensis
h)      Rafflesia atjehensis (Koorders)
i)        Rafflesia ciliate
j)        Rafflesia borneersis
k)      Rafflesia witkampi
l)        Rafflesia micropylora (Meijer)
m)    Rafflesia bengkuluwensis
n)      Rafflessia meijeri (Wiriadinata and Rismita Sari)
o)      Rafflesia Lawangensis
Kita pantas berbangga bahwa dari sekitar 30-an ‘saudara Rafflesia Arnoldi’ (spesies Rafflesia) Indonesia memiliki jumlah jenis terbanyak sejumlah 15 spesies. Dan lebih bangga lagi karena Rafflesia Arnoldi yang merupakan jenis Rafflesia terbesar bahkan memegang rekor sebagai bunga terbesar di dunia tumbuh endemik di Sumatera, Indonesia.

D.                Simpulan dan Saran
1.      Simpulan
Setelah mempelajari kondisi fisik wilayah dan penduduk Indonesia kita juga diharapkan dapat:
a)      Menjelaskan hubungan posisi geografis dengan perubahan musim di Indonesia agar dapat bersikap yang selalu berupaya mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya.
b)      Mendeskripsikan wilayah daratan Indonesia agar dapat bersikap yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsanya.
c)      Mengidentifikasi penyebab terjadinya perubahan musim dan menentukan bulan berlangsungnya musim hujan dan kemarau di wilayah Indonesia sehingga memiliki tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.
d)     Mengemukakan informasi persebaran flora dan fauna di Indonesia agar dapat bertindak mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya.
e)      Mendeskripsikan persebaran jenis tanah dan pemanfaatannya di Indonesia agar dapat bertindak yang selalu berupaya mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya.
f)       Menjelaskan budaya-budaya lokal yang ada di Indonesia agar dapat bersikap saat memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku dan agama.

2.      Saran
Dengan adanya  karya tulis ini maka penulis  mengharapkan agar masyarakat dapat menjaga dan melindungi kelestarian flora dan fauna di sekitar kita dari kepunahan karena manfaat dari flora dan fauna ini cukuplah banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Excelen Tim, LKS Geografi dan Sosiologi: untuk SMP/MTs Kelas VII Semester 2, Surakarta: CV. Media Semesta, 2002.
Prestasi Tim, Pendamping Materi Geografi: untuk SMP/MTs Kelas 7, Denpasar, Prestas, 2005.
Thayeb. M, Pengetahuan sosial terpadu untuk sd kelas V, Jakarta, Erlangga, 2004.
Umar Arsyad, Pengetahuan sosial terpadu untuk sd kelas IV, Jakarta, Erlangga, 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar