Senin, 08 Februari 2016

Jurnal Respon Pertumbuhan Anggrek Dendrobium Terhadap Jenis media Tanam dan Pupuk daun



RESPON PERTUMBUHAN ANGGREK DENDROBIUM TERHADAP JENIS MEDIA TANAM DAN PUPUK DAUN
Oleh: Gita Aprilia Ika Bachtiar

ABSTRAK
Dendrobium merupakan jenis anggrek asli indonesia yang mempunyai banyak warna, bentuk serta aroma yang khas. Anggrek ini merupakan salah satu genus anggrek terbesar yang terdapat didunian yang hidup didataran rendah. Penempatan dendrobium pun tidak boleh sembarangan, selain media tanam yang baik dendrobium juga menginginkan nutrisi yang baik bagi pertumbuhan dan pembungaan.
            Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan anggrek dendrobium terhadap jenis media tanam dan pupuk daun. Respon pertumbuhan anggrek dendrobium dianalisis dengan menggunakan analisis cluster metode. Hasil analisis cluster menunjukan bahwa dendrobium membentuk satu cluster, sedangkan phalaenopus membentuk satu cluster.

PENDAHULUAN
Dendrobium merupakan salah satu anggrek yang berpotensi untuk terus dikembangkan karena memiliki beragam jenis bentuk, warna dan ukurannya. Selain itu anggrek dendrobium juga dapat dijadikan sebagai bunga potong maupun sebagai bunga pot. Produksi anggrek potong tahun 2007 menduduki urutan ke 5 setelah gladiol yaitu sebanyak 9.484.393 (Direktorat Jenderal Hortikultura 2003-2007). Dendrobium adalah anggrek yang bersifat epifit, yang hidupnya menempel pada batang, dahan, atau ranting pohon yang sudah mati (Sutiyoso dan Sarwono, 2003), akarnya sebagian menempel pada medianya sebagian menjuntai bebas di udara (Sandra 2001). Anggrek juga dapat menempel pada pohon yang masih hidup tanpa mengganggu pertumbuhan inangnya. Fungsi utama media tanam anggrek terutama untuk menopang tegaknya tanaman sehingga suplai hara yang utama diberikan melalui daun.
Pakis merupakan media tanam yang umum digunakan dalam budidaya anggrek, namun permintaan pakis yang semakin banyak akan meningkatkan harga jual dan penggadaan pakis menjadi terbatas. Salah satu usaha untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mencari alternative media tanam yang baik digunakan untuk pertumbuhan anggrek. Media alternative yang dicobakan dalam penelitian ini adalah: arang kayu, serbuk gergaji + sekam, kulit pohon akasia, cocochip, dan kulit batang kelapa. Arang kayu memiliki beberapa kelebihan diantaranya mudah menyerap air, tidak mudah ditumbuhi cendawan, murah dan mudah didapat, dapat bertahan hingga dua tahun, tetapi miskin unsur hara (Supari, 1999). Arang sekam adalah limbah penggilingan padi merupakan jenis media tanam yang banyak tersedia, sehingga mudah didapat dan murah harganya, selain itu kelebihan arang sekan yang lain adalah steril karena sudah melalui proses pembakaran.
Cocochip juga merupakan limbah kelapa berupa sabut kelapa yang dipotong kecil. Sabut kelapa juga cukup mudah didapat dan murah harganya, sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai alternatif media tanam anggrek. Kulit batang akasia dan batang kelapa juga merupakan limbah dari pengolahan kayu. Selama ini kulit kedua batang tersebut tidak digunakan, tetapi memiliki potensi untuk digunakan sebagai media tanam anggrek. Lingga (2001) pupuk daun termasuk pupuk buatan yang cara pemberiannya melalui penyemprotan ke daun. Pupuk yang disemprotkan melalui daun akan masuk melalui stomata secara difusi dan selanjutnya akan masuk ke dalam sel-sel kloroplas baik yang di dalam sel penjaga, mesofil daun, maupun seludang pembuluh dan akan berperan dalam fotosintesis (Agustina, 2004). Mekanisme CAM dalam mengikat karbondioksida pada malam hari ketika stomata membuka, kesempatan ini pula digunakan agar air dan unsur hara dapat masuk ke dalam stomata. Dengan demikian tumbuhan CAM dapat berfotosintesis tanpa kehilangan sejumlah besar air karena transpirasi stomata. (Salisbury dan Ross, 1992), karena itulah tanaman anggrek termasuk tanaman yang cukup tahan terhadap kekeringan, setidaknya dapat bertahan hidup sementara tanaman lain sudah mati. Penyemprotan anggrek diberikan baik melalui daun maupun ke media tanam, karena anggrek termasuk tanaman epiphyt yang utamanya menempel pada media tanam. Selain itu media tanam yang digunakan merupakan media tanam yang miskin unsur hara.
Tujuan penelitian adalah mendapatkan media tanam yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti media pakis dan mengetahui jenis pupuk yang dapat meningkatkan pertumbuhan anggrek dendroboium.

METODE
            Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bahan yang digunakan: Anggrek dendrobium yang digunakan berumur 8 bulan dari bibit botol, pot berdiameter 15 cm berbahan gerabah dengan tinggi 10 cm, arang kayu, pakis, arang sekam, serbuk gergaji kayu sengon, kulit batang akasia, potongan sabut kelapa (cocochip), kulit batang kelapa. Pupuk Gandasil dan Hyponex. Pestisida untuk mencegah serangan jamur dan hama pengganggu.
Percobaan disusun secara faktorial 6 x 2. Faktor pertama adalah jenis media tanam : arang kayu (M1), pakis (M2), serbuk gergaji + sekam (M3), kulit batang akasia (M4), cocochip (M5), dan kulit batang kelapa (M6). Faktor kedua adalah jenis pupuk Gandasil (P1), dan Hyponex (P2). data diolah dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf 5%.
Sebelum digunakan media tanam direndam dengan pestisida (fungisida dan insektisida) sesuai anjuran selama satu malam. Bibit anggrek ditanam pada pot yang berisi media sesuai dengan perlakuan. Media diberikan sampai ketinggian 1 cm dari bibir pot. Pupuk daun diaplikasikan pada pagi hari dengan harapan stomata masih membuka. Konsentrasi pupuk daun diberikan adalah 2 g/l. Penyemprotan dilakukan seminggu sekali dengan volume semprot sebanyak 10 ml per tanaman. Sampai bulan ke lima penyemprotan menggunakan pupuk daun untuk pertumbuhan vegetatif, setelah bulan ke enam dilanjutkan dengan pupuk untuk pertumbuhan generatif.
Parameter yang diamati antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan jumlah anakan. Pengamatan dilakukan pada saat awal tanam dan akhir penelitian (sampai tanaman berbunga).

HASIL DAN PEMBAHASAN
            Secara umum hasil penelitian terhadap anggrek dendrobium menunjukkan pertumbuhan yang baik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keenam jenis media tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun, tetapi tidak mempengaruhi jumlah anakan. Kedua jenis pupuk daun yang digunakan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, dan lebar daun, tetapi tidak mempengaruhi jumlah daun, panjang daun dan jumlah anakan. Respon pertumbuhan anggrek terhadap media tanam tidak tergantung pada jenis pupuk yang diberikan. Penggunaan media tanam pakis ternyata menghasilkan pertumbuhan yang tidak berbeda dibandingkan kelima jenis media tanam lainnya, ditunjukkan dengan variabel tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, panjang daun, tetapi tidak berbeda pengaruhnya pada jumlah anakan anggrek, sedangkan penggunaan cocochip menghasilkan pertumbuhan anggrek yang paling rendah. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian Santina (1990) terhadap anggrek dendrobium dimana media tanam terbaik adalah media tanam pakis yang ditunjukkan pada variabel tinggi tanaman dan panjang daun. Berbeda dengan hasil penelitian Sri Wardani, Hot Setiado, dan Syarifuddin Ilyas (2013), media yang terbaik dalam tahap aklimatisasi pada anggrek adalah cocopeat yang memiliki kemampuan menyimpan air dan hara dengan baik. Keunggulan media tersebut dapat dilihat dari saat muncul tunas dan jumlah tunas.
            Keunggulan media pakis dibandingkan dengan media tanam yang lain diduga media pakis memiliki kreteria yang baik bagi pertumbuhan tanaman anggrek diantaranya pakis mampu mengikat dan menyimpan air dengan baik, memiliki aerasi dan draenasi baik, melapuk secara perlahan dan mengandung unsur hara yang diperlukan bagi tanaman anggrek (Widiastoety, 2004). Kemampuan pakis dalam mengikat dan menyerap air mengakibatkan pakis mudah menyerap cairan pupuk yang disemprotkan dan dapat menambah kandungan unsur hara yang ada pada media dan dapat membantu mempercepat pertumbuhan anggrek. Selain itu menurut Don, Emir, dan Hadibroto (2001), pakis memiliki kandungan gula, asam amino, asam alifatik dan konsituen ester yang dibutuhkan anggrek. Media tanam pakis juga memiliki kelebihan yaitu tidak mudah lapuk sehingga tanaman dapat menyerap unsur hara yang dikandungnya dalam kurun waktu yang lama.
            Respon pertumbuhan yang ditunjukkan pada tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun dan lebar daun paling rendah terdapat pada media tanam cocochip. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab rendahnya respon pertumbuhan tanaman anggrek terhadap media tanam diantaranya adalah cocochip merupakan media tanam yang terlalu ringan dan mudah lapuk. Media tumbuh tanaman anggrek selain sebagai penyedia air dan unsur hara juga sebagai tempat melekatnya akar dan tempat berdirinya tanaman Widiastoety (2004). Tanaman anggrek yang ditanam pada media cocochip tidak mampu berdiri tegak meskipun diberi penopang dan akar yang tumbuh tidak dapat melekat dengan baik pada media tanam, padahal dengan berdiri tegak tanaman dapat memanfaatkan cahaya matahari dan udara dengan lebih banyak.
Penggunaan kulit batang akasia memberikan respon pertumbuhan yang cukup baik karena kulit batang akasia bertektur kasar dan cukup keras sehingga akar anggrek mudah melekat dan dapat memegang air dengan baik serta memiliki aerasi yang baik. John dan Bowyer (1986) menyatakan bahwa kulit batang akasia mengandung lignin dan polisakarida. Diharapkan bahan ini jika melapuk akan terurai menjadi bahan yang lebih sederhana dan dapat menambah unsur hara. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa pengunaan berbagai jenis media lumut, sabut kelapa, cacahan pakis, arang sekam padi, akar kadaka) dan kulit kayu trembesi berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman (cm), persentase tanaman hidup , pertambahan jumlah daun (helai), jumlah anakan/tanaman, dan pertambahan jumlah akar (helai) pada aklimatisasi anggrek Dendrobium sp(hibrida) (Tangti Yosepa, Chairani Siregar, Evi Gusmayanti, 2013). Hasil penelitian pada pertumbuhan anggrek kultivar Dendrobium Jayakarta menunjukkan bahwa media sabut kelapa pot; media campuran arang dan sabut kelapa; media campuran arang dan batu marus memberikan hasil yang lebih baik dibanding media lainnya. Jenis media rockwool, batu apung, batu marus dan batu split dapat digunakan sebagai media tanam anggrek, namun perlu dicampur dengan arang, (Ginting B., W. Prasetio dan T. Sutater, 2004)
Pemberian pupuk yang berbeda memberikan respon pertumbuhan yang berbeda pula terutama pada veriabel tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar daun. Pemberian pupuk Gandasil menghasilkan respon pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan Hyponex, hal ini diduga karena kandungan unsur hara pada kedua jenis pupuk yang berbeda. Pada fase pertumbuhan vegetatif perlu diberikan pupuk dengan kandungan N yang tinggi, karena unsur tersebut merupakan bahan utama untuk menyusun protein yang dibutuhkan dalam pembelahan sel (Sandra, 2001). Pada tanaman anggrek muda pemberian pupuk dengan kandungan N tinggi akan memberikan pertumbuhan yang lebih baik dan cepat, karena nitrogen adalah bahan utama penyusun asam amino, protein, asam nukleat, berbagai enzim dan sebagai zat penghijau daun.
Secara keseluruhan hasil penelitin menunjukkan bahwa anggrek dendrobium dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada media pakis, arang, kulit pohon kelapa, kulit pohon akasia dan serbuk gergaji + sekam dengan diberi pupuk daun Gandasil atau Hyponex.

SIMPULAN
            Penggunaan media tanam arang, serbuk gergaji + sekam, kulit pohon akasia, kulit pohon kelapa dapat digunakan sebagai media tanam anggek sama seperti media pakis. Penggunaan pupuk Gandasil lebih baik daripada pupuk Hyponex. Penggunaan pupuk daun tidak tergantung kepada penggunaan jenis media tanam.

SARAN
Disarankan untuk menggunakan media media alternatif pengganti pakis dan arang kayu dengan media tanam serbuk kayu + sekam, kulit pohon akasia dan kulit pohon kelapa yang merupakan limbah usaha pengolahan kayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar