BUDIDAYA KENTANG MINI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI
KENTANG DI INDONESIA
Oleh: Devi Sri Hardianti
ABSTRAK
Pengabdian saya kepada masyarakat
tentang pembentukan umbi kentang telah dilaksanakan di desa Kadugede Blok Dukuh
Kampung Pesantren Kuningan. Kegiatan ini berlangsung selama 5
bulan mulai bulan Agustus sampai dengan Desember 2015. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk membantu kelompok tani Rumpun sebagai penangkar benih dalam
penyediaan kentang. Kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan tentang penggunaan
bibit kentang yang dapat digunakan untuk pembentukan kentang yang bebas virus
dan penyakit sistemik. Selanjutnya dilakukan pelatihan dan demonstrasi plot di
lahan kelompok tani. Setelah dilakukan penyuluhan ternyata petani sangat
tertarik dan antusias untuk melakukan pembentukan kentang. Hasil pengamatan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan bahan, pertumbuhan dan hasilnya sangat
baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian ini dapat membantu
kelompok tani Rumpun sebagai penangkar benih terutama dalam hal penyediaan
bahan kentang untuk produksi umbi kentang yang selanjutnya dapat mengembangkan
bibit kentang yang dapat disebarkan ke tingkat petani agar meningkatkan hasil
panen kentang dan kualitas kentang yang baik.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura
yang cukup penting, yang banyak mendatangkan uang bagi petani (cash crop).
Pemanfaatan tanaman ini terutama sebagai salah satu pangan karbohidrat non
beras yang utama. Disamping itu kentang dimanfaatkan pula sebagai sayuran atau
sebagai bahan makanan ringan seperti french
fries.
Di Indonesia kentang biasanya diusahakan
di dataran tinggi, lebih kurang 1000 meter di atas permukaan laut. Dimana
rata-rata hasil yang dicapai secara nasional masih rendah yaitu 14 ton ha-1.
Hasil ini masih rendah bila dibandingkan negara lain seperti Amerika Serikat
29,20 ton ha-1, Swiss, Belanda, Inggris dan Jerman diatas 20 ton ha-1 (Permadi
1989). Rendahnya produksi Indonesia ini disebabkan belum banyaknya petani
penghasil (seed grower) bibit kentang bermutu, sehingga permintaan bibit
kentang tidak dapat dipenuhi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kendala tersebut adalah dengan memanfaatkan bioteknologi yaitu melalui kultur
jaringan atau pembiakan mikro kentang. Dengan tehnik ini dapat dihasilkan benih
berjumlah banyak dalam waktu relatif singkat dan bebas dari penyakit sistemik,
terutama virus (Hidayat 1991).
Propagula in vitro yang banyak digunakan dalam usaha menghasilkan benih
kentang bermutu adalah tunas mikro dan umbi mikro (Wattimena 1991). Selanjutnya
propagula ini dapat digunakan untuk produksi kentang mini, yaitu kentang dengan
bobot 1 – 10 gram yang diinduksi dalam rumah kaca atau ketat serangga (screen
hause). Kentang mini diinduksi secara in
vitro sehingga biayanya lebih murah.
Di Kabupaten kuningan sendiri ada
beberapa desa yang menanam kentang jika musim panen padi telah usai. Salah
satunya adalah desa Kadugede, desa penghasil kentang terbesar di Kabupaten
Kuningan Jawa Barat dengan menghasilkan 5 ton kentang dengan luas lahan
seperempat hektar. Penelitian dilakukan pada tanggal 15 Desember 2015.
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil panen kentang dan kualitas
kentang yang baik.
METODE
Program Pengabdian ini dilaksananakan di
desa Kadugede Blok Dukuh Kampung Pesantren Kuningan, pada kelompok tani Rumpun.
Waktu pelaksanaan dimulai dari bulan Desember 2015 sampai dengan bulan April
2016. Pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu penyuluhan,
pelatihan dan demonstrasi plot pada lahan kelompok tani.
Untuk demonstrasi plot di lapangan
diperlukan bahan dan alat yang digunakan pada program pengabdian ini. Adapun
bahan yang digunakan pada program pengabdian ini adalah Eksplan kentang, Hyponex, Pupuk kandang, Geberellin (GA3. Sedangkan alat yang
digunakan adalah 2 buah rumah ketat serangga (Screen house) ukuran 3x4m, bak
tanam, bambu, hand sprayer, gunting
kecil, keranjang plastik, cangkul, kored, kukusan, kompor gas, tabung gas,
sarung tangan, polibag kecil, selang plastik dan rumah plastik ukuran 5x10m.
Pelaksanaan kegiatan penerapan Ipteks
ini menggunakan metode pendidikan kepada masyarakat, melalui metode penyuluhan
dan demontrasi penanaman setek mikro, penyemprotan pupuk dan pemeliharaan
tanaman di dalam kotak tanam serta demonstrasi cara panen umbi kentang. Adapun
kegiatan ipteks ini akan dilaksanakan terhadap kelompok tani Rumpun ini dilakukan beberapa tahap:
aklimatisasi awal dan aklimatisasi lanjutan.
Aklimatisasi Awal
Pembibitan
Kentang bibit berasal dari kentang
produksi berbobot 30-50 gram, umur 150-180 hari, tidak cacat, dan varitas
unggul. Pilih kentang berukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya
sampai generasi keempat saja. Setelah tunas + 2 cm, siap ditanam.
Pengolahan Media Tanam
Lahan dibajak sedalam 30-40 cm dan
biarkan selama 2 minggu sebelum dibuat bedengan dengan lebar 70 cm (1 jalur
tanaman)/140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan buat saluran pembuangan air
sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.
Natural Glio yang sudah terlebih dahulu
dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu, ditebarkan merata pada
bedengan (dosis : 1-2 kemasan Natural Glio dicampur 50-100 kg pupuk
kandang/1000 m2).
Aklimatisasi Lanjutan
Pemupukan Dasar
Pupuk anorganik berupa urea (200 kg/ha),
SP 36 (200 kg/ha), dan KCl (75 kg/ha). Siramkan pupuk POC NASA yang telah
dicampur air secukupnya secara merata di atas bedengan, dosis 1-2 botol/ 1000
m². Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA dengan cara :
A)
Alternatif 1 : Satu botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan
larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk
menyiram bedengan.
B)
Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa
untuk menyiram 10 meter bedengan. Penyiraman POC NASA / SUPER NASA dilakukan
sebelum pemberian pupuk kandang.
C)
Berikan pupuk kandang 5-6 ton/ha (dicampur pada tanah bedengan atau diberikan
pada lubang tanam) satu minggu sebelum tanam,
Cara Penanaman
Jarak tanaman tergantung varietas, 80 cm
x 40 cm atau 70 x 30 cm dengan kebutuhan bibit + 1.300-1.700 kg/ha (bobot umbi
30-45 gr). Waktu tanam diakhir musim hujan (April-Juni).
Penyulaman
Penyulaman untuk mengganti tanaman yang
tidak tumbuh/tumbuhnya jelek dilakukan 15 hari semenjak tumbuh.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan minimal dua kali
selama masa penanaman 2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan
penggemburan.
Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga
sebaiknya dipangkas untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena
terjadi perebutan unsur hara.
Pengairan
Pengairan 7 hari sekali secara rutin
dengan di gembor, Power Sprayer atau dengan mengairi selokan sampai areal
lembab (sekitar 15-20 menit).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa kelompok tani Rumpun,
Kadugede Blok Dukuh Kampung Pesantren Kuningan, pada awalnya belum tahu
mengenai penggunaan yang baik. Setelah diberikan penyuluhan dan pelatihan
ternyata mereka sangat tertarik dan antusia untuk melakukan program ini.
Setelah dilaksanakan aklimatisasi awal
selama 1 minggu maka tingkat keberhasilan pertumbuhan bibit adalah (70%),
selanjutnya setelah bibit berumur 1 bulan tingkat kesberhasilan pertumbuhan
bibit tinggal (50%). Selanjutnya bibit yang ada terus dipelihara diperbanyak
untuk persiapan setek. Hasil perbanyakan yang telah dilakukan menunjukkan bibit
dapat diperbanyak terus menerus sehingga didapat bibit kentang yang sangat
banyak sehinggga dapat membantu kelompok tani sebagai stok bibit untuk digunakan
pembentukan kentang mini.
Setelah dilakukan perbanyakan setek di screen house ternyata pertumbuhannya
sangat baik. Pertumbuhan setek ini dipengaruhi oleh genetik bibit yang
digunakan dan lingkungan pertumbuhannya. Meningkatnya pertumbuhan setek
disebabkan karena lingkungan tumbuh memang sangat cocok untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kentang. Jumlah dan ukuran daun yang terbentuk tergantung
dari genetik dan lingkungan seperti suhu, cahaya dan faktor lain, tetapi lebih
dikendalikan genetik (Gardner 1991).
KESIMPULAN
Dari hasil program pengabdian ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pengabdian ini dapat menambah pengetahuan
petani tentang penggunaan bibit kentang asal kultur jaringan yang dapat
digunakan sebagai bahan setek untuk pembuatan umbi mini kentang G0. Umbi mini
kentang G0 dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk dikembangkan menjadi
kentang G1, G2 dan G3, selanjutnya dapat disebarkan di tingkat petani. Dengan
demikian dapat menambah pendapat kelompok tani Rumpun, dan dapat meningkatkan
produksi kentang di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar