RESPON PERTUMBUHAN ANGGREK DENDROBIUM TERHADAP JENIS
MEDIA TANAM DAN PUPUK DAUN
Oleh: Gita Aprilia Ika Bachtiar
ABSTRAK
Dendrobium
merupakan jenis anggrek asli indonesia yang mempunyai banyak warna, bentuk
serta aroma yang khas. Anggrek ini merupakan salah satu genus anggrek terbesar
yang terdapat didunian yang hidup didataran rendah. Penempatan dendrobium pun
tidak boleh sembarangan, selain media tanam yang baik dendrobium juga
menginginkan nutrisi yang baik bagi pertumbuhan dan pembungaan.
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan
anggrek dendrobium terhadap jenis media tanam dan pupuk daun. Respon pertumbuhan anggrek dendrobium dianalisis dengan menggunakan analisis cluster metode.
Hasil analisis cluster menunjukan bahwa dendrobium membentuk satu cluster,
sedangkan phalaenopus membentuk satu cluster.
PENDAHULUAN
Dendrobium merupakan salah satu anggrek
yang berpotensi untuk terus dikembangkan karena memiliki beragam jenis bentuk,
warna dan ukurannya. Selain itu anggrek dendrobium juga dapat dijadikan sebagai
bunga potong maupun sebagai bunga pot. Produksi anggrek potong tahun 2007 menduduki
urutan ke 5 setelah gladiol yaitu sebanyak 9.484.393 (Direktorat Jenderal
Hortikultura 2003-2007). Dendrobium adalah anggrek yang bersifat epifit, yang
hidupnya menempel pada batang, dahan, atau ranting pohon yang sudah mati
(Sutiyoso dan Sarwono, 2003), akarnya sebagian menempel pada medianya sebagian
menjuntai bebas di udara (Sandra 2001). Anggrek juga dapat menempel pada pohon
yang masih hidup tanpa mengganggu pertumbuhan inangnya. Fungsi utama media
tanam anggrek terutama untuk menopang tegaknya tanaman sehingga suplai hara
yang utama diberikan melalui daun.
Pakis merupakan media tanam yang umum
digunakan dalam budidaya anggrek, namun permintaan pakis yang semakin banyak
akan meningkatkan harga jual dan penggadaan pakis menjadi terbatas. Salah satu
usaha untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mencari alternative media
tanam yang baik digunakan untuk pertumbuhan anggrek. Media alternative yang
dicobakan dalam penelitian ini adalah: arang kayu, serbuk gergaji + sekam,
kulit pohon akasia, cocochip, dan kulit batang kelapa. Arang kayu memiliki
beberapa kelebihan diantaranya mudah menyerap air, tidak mudah ditumbuhi
cendawan, murah dan mudah didapat, dapat bertahan hingga dua tahun, tetapi
miskin unsur hara (Supari, 1999). Arang sekam adalah limbah penggilingan padi
merupakan jenis media tanam yang banyak tersedia, sehingga mudah didapat dan
murah harganya, selain itu kelebihan arang sekan yang lain adalah steril karena
sudah melalui proses pembakaran.
Cocochip juga merupakan limbah kelapa
berupa sabut kelapa yang dipotong kecil. Sabut kelapa juga cukup mudah didapat
dan murah harganya, sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai alternatif
media tanam anggrek. Kulit batang akasia dan batang kelapa juga merupakan
limbah dari pengolahan kayu. Selama ini kulit kedua batang tersebut tidak
digunakan, tetapi memiliki potensi untuk digunakan sebagai media tanam anggrek.
Lingga (2001) pupuk daun termasuk pupuk buatan yang cara pemberiannya melalui
penyemprotan ke daun. Pupuk yang disemprotkan melalui daun akan masuk melalui
stomata secara difusi dan selanjutnya akan masuk ke dalam sel-sel kloroplas
baik yang di dalam sel penjaga, mesofil daun, maupun seludang pembuluh dan akan
berperan dalam fotosintesis (Agustina, 2004). Mekanisme CAM dalam mengikat
karbondioksida pada malam hari ketika stomata membuka, kesempatan ini pula
digunakan agar air dan unsur hara dapat masuk ke dalam stomata. Dengan demikian
tumbuhan CAM dapat berfotosintesis tanpa kehilangan sejumlah besar air karena
transpirasi stomata. (Salisbury dan Ross, 1992), karena itulah tanaman anggrek
termasuk tanaman yang cukup tahan terhadap kekeringan, setidaknya dapat
bertahan hidup sementara tanaman lain sudah mati. Penyemprotan anggrek
diberikan baik melalui daun maupun ke media tanam, karena anggrek termasuk
tanaman epiphyt yang utamanya menempel pada media tanam. Selain itu media tanam
yang digunakan merupakan media tanam yang miskin unsur hara.
Tujuan penelitian adalah mendapatkan
media tanam yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti media pakis dan
mengetahui jenis pupuk yang dapat meningkatkan pertumbuhan anggrek dendroboium.
METODE
Penelitian dilakukan di Rumah Kaca
Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bahan yang digunakan: Anggrek
dendrobium yang digunakan berumur 8 bulan dari bibit botol, pot berdiameter 15
cm berbahan gerabah dengan tinggi 10 cm, arang kayu, pakis, arang sekam, serbuk
gergaji kayu sengon, kulit batang akasia, potongan sabut kelapa (cocochip),
kulit batang kelapa. Pupuk Gandasil dan Hyponex. Pestisida untuk mencegah
serangan jamur dan hama pengganggu.
Percobaan disusun secara faktorial 6 x
2. Faktor pertama adalah jenis media tanam : arang kayu (M1), pakis (M2),
serbuk gergaji + sekam (M3), kulit batang akasia (M4), cocochip (M5), dan kulit
batang kelapa (M6). Faktor kedua adalah jenis pupuk Gandasil (P1), dan Hyponex
(P2). data diolah dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf
5%.
Sebelum digunakan media tanam direndam
dengan pestisida (fungisida dan insektisida) sesuai anjuran selama satu malam.
Bibit anggrek ditanam pada pot yang berisi media sesuai dengan perlakuan. Media
diberikan sampai ketinggian 1 cm dari bibir pot. Pupuk daun diaplikasikan pada
pagi hari dengan harapan stomata masih membuka. Konsentrasi pupuk daun
diberikan adalah 2 g/l. Penyemprotan dilakukan seminggu sekali dengan volume
semprot sebanyak 10 ml per tanaman. Sampai bulan ke lima penyemprotan
menggunakan pupuk daun untuk pertumbuhan vegetatif, setelah bulan ke enam
dilanjutkan dengan pupuk untuk pertumbuhan generatif.
Parameter yang diamati antara lain
tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan jumlah anakan.
Pengamatan dilakukan pada saat awal tanam dan akhir penelitian (sampai tanaman
berbunga).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara umum hasil penelitian
terhadap anggrek dendrobium menunjukkan pertumbuhan yang baik. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa keenam jenis media tanam memberikan pengaruh yang nyata
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun, tetapi
tidak mempengaruhi jumlah anakan. Kedua jenis pupuk daun yang digunakan
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, dan lebar daun, tetapi tidak
mempengaruhi jumlah daun, panjang daun dan jumlah anakan. Respon pertumbuhan
anggrek terhadap media tanam tidak tergantung pada jenis pupuk yang diberikan.
Penggunaan media tanam pakis ternyata menghasilkan pertumbuhan yang tidak
berbeda dibandingkan kelima jenis media tanam lainnya, ditunjukkan dengan
variabel tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, panjang daun, tetapi tidak
berbeda pengaruhnya pada jumlah anakan anggrek, sedangkan penggunaan cocochip
menghasilkan pertumbuhan anggrek yang paling rendah. Hasil yang sama juga
ditunjukkan oleh penelitian Santina (1990) terhadap anggrek dendrobium dimana
media tanam terbaik adalah media tanam pakis yang ditunjukkan pada variabel
tinggi tanaman dan panjang daun. Berbeda dengan hasil penelitian Sri Wardani,
Hot Setiado, dan Syarifuddin Ilyas (2013), media yang terbaik dalam tahap
aklimatisasi pada anggrek adalah cocopeat yang memiliki kemampuan menyimpan air
dan hara dengan baik. Keunggulan media tersebut dapat dilihat dari saat muncul
tunas dan jumlah tunas.
Keunggulan media pakis dibandingkan
dengan media tanam yang lain diduga media pakis memiliki kreteria yang baik
bagi pertumbuhan tanaman anggrek diantaranya pakis mampu mengikat dan menyimpan
air dengan baik, memiliki aerasi dan draenasi baik, melapuk secara perlahan dan
mengandung unsur hara yang diperlukan bagi tanaman anggrek (Widiastoety, 2004).
Kemampuan pakis dalam mengikat dan menyerap air mengakibatkan pakis mudah
menyerap cairan pupuk yang disemprotkan dan dapat menambah kandungan unsur hara
yang ada pada media dan dapat membantu mempercepat pertumbuhan anggrek. Selain
itu menurut Don, Emir, dan Hadibroto (2001), pakis memiliki kandungan gula,
asam amino, asam alifatik dan konsituen ester yang dibutuhkan anggrek. Media
tanam pakis juga memiliki kelebihan yaitu tidak mudah lapuk sehingga tanaman
dapat menyerap unsur hara yang dikandungnya dalam kurun waktu yang lama.
Respon pertumbuhan yang ditunjukkan
pada tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun dan lebar daun paling rendah
terdapat pada media tanam cocochip. Beberapa faktor yang diduga menjadi
penyebab rendahnya respon pertumbuhan tanaman anggrek terhadap media tanam
diantaranya adalah cocochip merupakan media tanam yang terlalu ringan dan mudah
lapuk. Media tumbuh tanaman anggrek selain sebagai penyedia air dan unsur hara
juga sebagai tempat melekatnya akar dan tempat berdirinya tanaman Widiastoety
(2004). Tanaman anggrek yang ditanam pada media cocochip tidak mampu berdiri
tegak meskipun diberi penopang dan akar yang tumbuh tidak dapat melekat dengan
baik pada media tanam, padahal dengan berdiri tegak tanaman dapat memanfaatkan
cahaya matahari dan udara dengan lebih banyak.
Penggunaan kulit batang akasia
memberikan respon pertumbuhan yang cukup baik karena kulit batang akasia
bertektur kasar dan cukup keras sehingga akar anggrek mudah melekat dan dapat
memegang air dengan baik serta memiliki aerasi yang baik. John dan Bowyer
(1986) menyatakan bahwa kulit batang akasia mengandung lignin dan polisakarida.
Diharapkan bahan ini jika melapuk akan terurai menjadi bahan yang lebih
sederhana dan dapat menambah unsur hara. Hasil penelitian lain menunjukkan
bahwa pengunaan berbagai jenis media lumut, sabut kelapa, cacahan pakis, arang
sekam padi, akar kadaka) dan kulit kayu trembesi berpengaruh tidak nyata
terhadap pertambahan tinggi tanaman (cm), persentase tanaman hidup ,
pertambahan jumlah daun (helai), jumlah anakan/tanaman, dan pertambahan jumlah
akar (helai) pada aklimatisasi anggrek Dendrobium sp(hibrida) (Tangti Yosepa,
Chairani Siregar, Evi Gusmayanti, 2013). Hasil penelitian pada pertumbuhan
anggrek kultivar Dendrobium Jayakarta menunjukkan bahwa media sabut kelapa pot;
media campuran arang dan sabut kelapa; media campuran arang dan batu marus
memberikan hasil yang lebih baik dibanding media lainnya. Jenis media rockwool,
batu apung, batu marus dan batu split dapat digunakan sebagai media tanam
anggrek, namun perlu dicampur dengan arang, (Ginting B., W. Prasetio dan T.
Sutater, 2004)
Pemberian pupuk yang berbeda memberikan
respon pertumbuhan yang berbeda pula terutama pada veriabel tinggi tanaman,
jumlah daun, dan lebar daun. Pemberian pupuk Gandasil menghasilkan respon
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan Hyponex, hal ini diduga karena
kandungan unsur hara pada kedua jenis pupuk yang berbeda. Pada fase pertumbuhan
vegetatif perlu diberikan pupuk dengan kandungan N yang tinggi, karena unsur
tersebut merupakan bahan utama untuk menyusun protein yang dibutuhkan dalam
pembelahan sel (Sandra, 2001). Pada tanaman anggrek muda pemberian pupuk dengan
kandungan N tinggi akan memberikan pertumbuhan yang lebih baik dan cepat,
karena nitrogen adalah bahan utama penyusun asam amino, protein, asam nukleat,
berbagai enzim dan sebagai zat penghijau daun.
Secara keseluruhan hasil penelitin
menunjukkan bahwa anggrek dendrobium dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada
media pakis, arang, kulit pohon kelapa, kulit pohon akasia dan serbuk gergaji +
sekam dengan diberi pupuk daun Gandasil atau Hyponex.
SIMPULAN
Penggunaan media tanam arang,
serbuk gergaji + sekam, kulit pohon akasia, kulit pohon kelapa dapat digunakan
sebagai media tanam anggek sama seperti media pakis. Penggunaan pupuk Gandasil
lebih baik daripada pupuk Hyponex. Penggunaan pupuk daun tidak tergantung
kepada penggunaan jenis media tanam.
SARAN
Disarankan untuk menggunakan media media
alternatif pengganti pakis dan arang kayu dengan media tanam serbuk kayu +
sekam, kulit pohon akasia dan kulit pohon kelapa yang merupakan limbah usaha
pengolahan kayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar