PAKAIAN ADAT TRADISIONAL KEBAYA – PROVINSI JAWA
BARAT
Oleh: Defi Ekasari
ABSTRAK
Indonesia merupakan Negara dengan
beraneka ragam suku dan kebudayaan. Jika kita cermati banyak sekali aneka ragam
budaya dan kesenian yang terdapat di Indonesia, salah satunya Pakaian adat 33
provinsi di Indonesia. Pakaian adat merupakan ciri khas budaya-budaya daerah
masing-masing yang memiliki arti sendiri.
Penelitian ini mengambil subjek
upaya memperkenalkan dan mempertahankan eksistensi Pakaian Adat. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan upaya mempertahankan
eksistensi Pakaian Adat . hasil penelitian ini menunjukan bahwa upaya yang
dilakukan oleh pihak desa dan kerjasama
dengan bupati indramayu.
Kata
kunci: pakaian, pakaian adat, pakaian adat tradisional kebaya – Provinsi Jawa
Brat.
PENDAHULUAN
Pakaian adalah kebutuhan pokok
manusia selain makan dan tempat berteduh/tempat tinggal (rumah). Manusia
membutuhkan pakaian untuk melindungi dan menutupi dirinya. Namun seiring dengan
perkembangan kehidupan manusia, pakaian juga digunakan sebagai symbol setatus,
jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya. Perkembangan dan
jenis-jenis pakaian tergantung pada adat-istiadat, kebiasaan, dan budaya yang
memiliki ciri khas masing-masing.
Pakaian adat dalam pengertian
dinamis yaitu pakaian layaknya pakaian pada umumnya, tetapi memiliki
identitas-identitas tertentu yang di akui sebagai ciri khas suatu daerah
tertentu.
Dimana kita sebagai bangsa Indonesia
harus mempertahankan dan menjaga ciri khas atau adat budaya, dan menyakini adat
Indonesia tidak akan pernah pudar atau punah.
Contohnya
untuk pakaian adat Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat merupakan salah
satu provinsi yang ada di Indonesia dan ber-ibukota di Kota Bandung, mempunyai beberapa suku, diantaranya
suku sunda sebagai suku mayoritas dan suku badui yang dibedakan menjadi suku
badui dalam dan suku badui luar. Pakaian khas suku sunda yang sering kita kenal
yaitu kebaya. Kebaya merupakan pakaian khas jawa barat yang sangat terkenal,
sehingga kini kebaya bukan hanya menjadi pakaian khas sunda saja tetapi sudah
menjadi pakaian adat nasional, itu merupakan suatu bukti bahwa kebudayaan
daerah merupakan bagian dari kebudayaan nasional. pakaian tradisional daerah
Jawa Barat untuk pria dan wanita. Pakaian tadisional daerah jawa barat dibagi
menjadi beberapa golongan, seperti pakaian rakyat biasa, pakaian kaum menengah
, pakaian bangsawan/menak, pakaian mojang dan jajaka serta pakaian pengantin.
METODE
Metode penelitian yang digunakan
yaitu metode kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara, dan observasi.
Analisis data digunakan ini mengacu pada analisis secara serempak mulai dari
proses pengumpulan data, mereduksi, mengklasifikasi, mendeskripsikan,
menyimpulkan dan menginterprestasikan semua informasi secara selektif.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Gambaran
Umum Lokasi Penelitian
Lelea merupakan desa yang berada dikabupaten Indramayu yang mempunyai
sebuah adat yang dinamakan adat ngarot, hal ini yang disebabkan karena tradisi
adat ngarot yang menggunakan pakaian adat tradisional jawa barat yaitu kebaya,
yang termasuk pada golongan Pakaian Adat Tradisional “Pakaian Rakyat Biasa Jawa
Barat”.
Adat
Ngarot
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri
dari nilai-nilai kebudayaan, norma kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang
lazim dilakukan di suatu daerah.
Ngarot merupakan salah satu upacara adat yang terdapat di Desa Lelea,
Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Upacara ini
dilaksanakan pada saat menyongsong datangnya musim hujan yaitu tibanya musim
tanam padi. Biasanya adat ini dilaksanakan pada pecan ketiga dan selalu
dilaksanakan pada hari Rabu yaitu salah satu hari yang dianggap keramat dan
hari baik masyarakat Lelea untuk menanam.
Perlengkapan ngarot yaitu
Pria : menggunakan celan komprang/pangsi
dilenkapi sabuk, baju kampret atau salontreng (baju kurung), kepala memakai
ikat lohen dan memakai kain sarung poleng yang diselempangkan dari bahu kanan
kearah pinggang sebelah kiri atau sebaliknya. Alaskaki memakai sandal tarumpah
sebagai pelengkap.
Wanita : mengguanaka sindang kebat (kain
batik panjang), beubeur atau angkin (ikat pinggang), kutang (kamisol), baju
kebaya dan selendang batik. Sebagai pelengkap, rambut digelung disanggul dengan
dihiasi bunga kertas, dan bunga kenanga, perhiasan memakai geulang akar bahar
(gelang akar bahar),suweng pelenis (giwang bundar terbuat dari perakatau emas),
ali meneng (cincin polos tersebut dari perak atau disepuh emas), dan alas kaki
memakai sandal jepit/sandal keteplek.
Sejarah
Asal kata kebaya berasal dari kata arab abaya yang berarti pakaian. Ada
pendapat yang menyatakan kebaya berasal dari China. Lalu menyebar ke Malaka,
Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi. Setelah akulturasi yang berlansung ratusan
tahun, pakaian itu diterima di budaya dan norma setempat. Namun ada juga
pendapat bahwa kebaya mmang asli dari Indonesia. Karena pakaian asli China
adalah Cheongsam yang berbeda dari kebaya. Bentuk paling awal dari kebaya
berasal dari istana Majapahit, sebagai sarana untuk memadukan perempuan kemban
yang ada, tubuh bungkus dari perempuan aristocrat menjadi lebih sederhana dan
dapat diterima oleh yang baru memeluk agama Islam. Aceh, Riau dan johor dan
Sumatra Utara mengadopsi gaya kebaya Jawa sebagai sarana ekspresi sosial status
dengan penguasa Jawa yang lebih alus atau halus. Nama kebaya sebagai pakaian
tertentu telah dicatat oleh Portugal saat mendarat di Jawa. Kebaya Jawa seperti
yang ada sekarang telah dicatat oleh Thomas Stamford Bingle Raffles di 1817,
sebagai sutra, brokat dan beludru, dengan pembukaan pusat dari blus diikat oleh
bros, bukan tombol dan tombol-lubang di atas batang tubuh bungkus kemben, yang
kain (dan pisahkan bungkus kain beberapa meter panjang keliru diberi istilah
‘sarung di Inggris (sarung (aksen Malaysia: dijahit untuk membentuk tabung,
seperti pakaian Barat).
Variasi
Kebaya
Sekitar tahun 1500 – 1600, di Pulau Jawa, kebaya adalah pakaian yang
hanya dikenakan keluarga kerajaan Jawa. Kebaya juga menjadi pakaian yang
dikenakan keluarga Kesultanan Cirebon, Kesultan Mataram dan penerusnya
Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Selama masa kendali Belanda di pulau itu,
wanita-wanita Eropa mulai mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi. Selama masa
ini, kebaya diubah dari hanya menggunakan barang tenunan mori menggunakan
sutera dengan sulaman warna-warni. Pakaian yang mirip yang disebut “nyonya
kebaya” diciptakan pertama kali oleh orang-orang Peranakan dari Malaka. Mereka
mengenakannya dengan sarung dan sepatu cantik bermanik-manik yang disebut
“kasut manek”. Kini, nyonya kebaya sedang mengalami pembaharuan, dan juga
terkenal di antara wanita non-Asia. Variasi kebaya yang lain juga digunakan
keturunan Tionghoa Indonesia di Cirebon, Pekalongan, Semarang, Lasem, Tuban dan
Surabaya.
Pakaian
Adat Tradisional Kebaya - Provinsi Jawa Barat
Pakaian adat tradional
kebaya provinsi jawa barat dibagi menjadi beberapa golongan seperti :
Pakaian
Rakyat Biasa Jawa Barat
Pria : menggunakan celan komprang/pangsi
dilenkapi sabuk, baju kampret atau salontreng (baju kurung), kepala memakai
ikat lohen dan memakai kain sarung poleng yang diselempangkan dari bahu kanan
kearah pinggang sebelah kiri atau sebaliknya. Alaskaki memakai sandal tarumpah
sebagai pelengkap.
Wanita : mengguanaka sindang kebat (kain
batik panjang), beubeur atau angkin (ikat pinggang), kutang (kamisol), baju
kebaya dan selendang batik. Sebagai pelengkap, rambut digelung jucung
(disanggul kecil ke atas), perhiasan memakai geulang akar bahar (gelang akar
bahar),suweng pelenis (giwang bundar terbuat dari perakatau emas), ali meneng
(cincin polos tersebut dari perak atau disepuh emas), dan alas kaki memakai
sandal jepit/sandal keteplek.
Pakaian
Kaum Menengah Jawa Barat
Pria : menggunakan baju bedahan putih,
kain kebat batik memakai sabuk dan ikat kepala, alas kaki sandal tarumpah,
arloji brantai emas yang digantung disaku baju, merupakan kelengkapan
berbusana.
Wanita : menggunakan kain kebat batik
beraneka corak sebatas mata kaki, beubeu, kebaya beraneka warna, selendang
berwarna, alas kaki memakai selop atau kelom geulis. Sebagai pelengkap, rambut
disanggul, memakai perhiasan giwang, kalung, gelang, dan cincin yang terbuat
dari emas atau perak.
Pakaian
Bangsawan/Menak Jawa Barat
Pria ;
Model 1
·
Baju jas tutup/bedahan
dengan beludru warna hitam bersulam benang emas menyusuri pinggir baju dan
ujung lengan baju selebar 2,5 cm;
·
Celana panjang bahan
beludru hitam dengan sulaman dan kelim emas di seputar pinggir bawah celana
selebar sulaman pada leher baju;
·
Kain dodot motif rereng
parang rusak yang dilepe (tumpukan lipatan kain pada ujung kanan selebar 6 cm.
sebanyak tujuh atau sembilan lipatan);
·
Sabuk atau benten emas,
digunakan sebagai alat untuk pengencang kain;
·
Bendo dengan motif yang
sama dengan dodot sebagai tutup kepala;
·
Alas kaki memakai kaos
dan sepatu hitam atau selop hitam.
Model 2
·
Jas tutup warna hitam;
·
Kain kebat batik motif
rereng;
·
Tutup kepala/bendo
motif rereng (sama dengan motif kain);
·
Sabuk;
·
Jam rantai sebagai
hiasan baju;
·
Alas kaki sepatu hitam
atau selop.
Wanita : menggunakan kebaya beludru
hitam dengan sulaman benang emas pada seluruh sisi depan kebaya hingga leher,
mengitari bagian lingkaran pinggul dan seputar pergelangan tangan, memakai kai kebat
motif rereng, alas kaki sepatu atau selop beludru hitam bersulam emas atau
manik-manik. Sebagai pelengkap, rambut disanggul rapi memakai tusuk konde emas,
perhiasan giwang, gelang keroncong, cincin, kalung, peniti rantai, bros, semua
perhiasan terbuat dari emas bertahtakan berlian.
Pakaian
Mojang dan Jajaka Jawa Barat
Pakaian tradisional daerah Jawa Barat
yang sudah dijadikan pakaian standar/baku dan sering dipakai pada acara resepsi
oleh para mojang (gadis) dan jajaka (jejaka) adalah :
Pria : menggunakan jas tutup atau jas
takwa dengan warna bebas, celana panjang, kain dodot motif bebas, bendo sebagai
penutup kepala, alas kaki sepatu atau selop dan rantai kuku macan atau jam
rantai sebagai hiasan pada jas tutup.
Wanita : menggunakan kebaya polos dihiasi
sulaman atau manik-manik, kain kebat dilepe, kutang (kamisol), beubeur (ikat
pinggang), untuk mengencangkan kain, alas kaki memakai selop yang sewarna
dengan kebaya, kerembong (selendang) sebagai pemanis. Sebagai pelengkap rambut
disanggul rapi memakai hiasan bunga dan tusuk konde, perhiasan gelang kalung,
cincin dan bros.
Pakaian
Pengantin Jawa Barat
Pria : mengenakan baju tertutup dengan
ikat pinggang, kain batik, tutup kepala yang disebut bendo, dan keris
sebagaimana yang ada pada perlengkapan pengantin pria adat jawa Tengah dan
Timur.
Wanita : mengenakan kebaya, kain batik
yang sama dengan pasangannya, dan aksesoris rambut berupa tusuk konde yang
disebut kembang goyang.
Penggunaan
Kebaya masa kini
Kebaya pada masa sekarang telah mengalami berbagai perubahan desain.
Kebaya digunakan sebagai seragam resmi pramugari. Sejumlah perancang yang turut
menciptakan desain baru kebaya diantaranya adalah Anne Avante dan Adjie
Notonegoro.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian upaya memperkenalkan dan mempertahankan
pakaian adat tradisional kebaya di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten
Indramayu. Terkait dengan upaya dilakukan oleh Desa Lelea dapat disimpulkan
bahwa Pakaian Adat Tradisional Kebaya dijadikan perlengkapan dalam melaksanakan
adat ngarot yang dilaksanakan setiap tahun sekali. Dengan adanya adat ngarot,
cara memperkenalkan, melestarikan dan mempertahankan Pakaian Adat Tradisional
Kebaya - Provinsi Jawa Barat, bukan hanya masyarakat setempat tetapi untuk
seluruh masyarakat Indramayu agar bisa mengetahu dan mempertahankan pakaian
adat tradisional yang kita miliki di Provinsi Jawa Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar