FENOMENA HIJAB JILBOOBS DAN HIJABERS SESUAI SYARI’AT
AGAMA ISLAM
Oleh: Duniyawati
Abstrak
Jurnal ini adalah respon terhadap fenomena yang akhir-akhir ini hadir
di hadapan publik. Adalah dua komunitas berjilbab
yang dianggap saling bertentangan. Satu komunitas dengan gerakan membudayakan
jilbab fashionable namun tetap tertutup, sementara
komunitas kedua menampilkan cara berjilbab yang juga fashionable namun masih
menonjolkan bagian-bagian tubuh tertentu. Tujuan penulisan ini adalah
mendeskripsikan kedua fenomena komunitas berjilbab tersebut. Metode penulisan
menggunakan pendekatan fenomenologi dengan landasan Q.S. al-Ahzab: 59 dan Q.S.
An-Nur: 31.
A. PENDAHULUAN
Dewasa ini,
jilbab bukan lagi merupakan salah satu simbol ketaatan bagi seorang muslimah
terhadap syari’at agama Islam, tetapi telah bergeser menjadi simbol gaya hidup
berbusana yang modis dan stylis. Jika jilbab dalam Islam dimaknai sebagai
ketaatan untuk berpakaian dengan pakaian yang menutup seluruh tubuh dari ujung
kepala sampai ke ujung kaki, tetapi jilbab dalam dunia fashion dimaknai
sebagai gaya hidup yang menunjukkan keanggunan kaum perempuan.
Dalam pandangan
ini, sebagian tetap memperhatikan faktor yang dapat menutup aurat sementara
sebagian lagi belum sampai pada keyakinan itu. Kedua kasus ini ditunjukkan
dengan kemunculan komunitas-komunitas yang berlabel jilbab, di satu sisi
komunitas dengan jilbab yang modis tetapi sesuai syar’i, sementara pada sisi
yang lain muncul pula komunitas yang berjilbab tetapi masih menonjolkan
bagian-bagian tubuh tertentu. Inilah yang menjadi bahasan dalam Jurnal ini;
mengenai penampilan yang sesuai dengan syari’at islam berjilbab antara ketaatan
dan fashion.
B. KAJIAN PUSTAKA
Gaya berbusana memang selalu menarik
untuk dibahas, termasuk gaya berbusana syar’i. Awalnya masyarakat menganggap
aneh dengan out look dari hijab syar’i tetapi dengan seiring
berkembangnya zaman dan mode yang ada saat ini hal itu tak lagi aneh, bahkan
mengundang daya tarik berbusana tersendiri bagi pemakainya
Penampilan
adalah bentuk citra diri yang terpancar dari diri seseorang, dan juga meupakan
sarana komunikasi antara seorang individu dengan individu lainnya. Tampil
menarik dapat menjadi salah satu kunci sukses dalam kehidupan sosial
bermasyarakat. Orang lain akan merasa nyaman, betah, dan senang dengan
penampilan diri yang enak dipandang mata. Berpenampilan menarik bukan berati
mewah, tetapi tergantung pada diri individu itu sendiri dalam kaitannya pengembangan
diri seutuhnya secara baik.
Penampilan mengandung pengertian, diantaranya (1) enak
dan menarik dipandang mata, (2) kesempurnaan penampilan dalam warna, (3)
proporsi tubuh yang simetris yang menimbulkan kesan menarik. Dengan kata lain,
suatu penampilan akan terlihat menarik manakala penampilan itu pleasing atau
berbentuk sempurna dalam pengertian proporsi dari setiap bagian terstuktur
secara harmonis.
Pakaian
adalah produk budaya, sekaligus tuntutan agama, dan moral. Dari sini lahir apa
yang dinamakan pakaian tradisional, daerah dan nasional, juga pakaian resmi
untuk perayaan tertentu, serta pakaian untuk beribadah. Akan tetapi perlu
dicatat bahwa sebagian tuntutan agama lahir dari budaya masyarakat, karena
agama sangat mempertimbangkan kondisi masyarakat sehingga menjadikan adatistiadat
yang tidak bertentangan dengan nilai-nilainya, sebagai salah
satu
pertimbangan hukum. “al ‘adat muhakkimah” dengan rumus yang dikemukakan
oleh pakar-pakar hukum Islam.
1.
Evolusi Hijab
Perintah
mengenai berjilbab ketika berhadapan dengan lelaki yang bukan mahramnya, baik
di luar rumah ataupun di dalam rumah, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,
secara historis menurut pakar tafsir bahwa sebelum turunnya ayat ini,
sebetulnya masyarakat jahiliyah telah mengenal jilbab, bahkan jilbab bukanlah
hal yang baru bagi mereka. Biasanya anak perempuan yang sudah mulai menginjak
dewasa, mereka memakai jilbab sebagai pertanda bahwa mereka meminta dimuliakan,
di samping itu bagi mereka jilbab ciri khas yang membedakan antara perempuan
merdeka dengan para budak atau hamba sahaya. Bangsa Arab zaman jahiliyah
mewajibkan perempuan memakai jilbab. Mereka menganggap memakai jilbab sebagai
tradisi yang harus dilakukan. Dewasa ini, berjilbab bukan lagi sesuatu yang
baru. Bukan pula sesuatu yang aneh. Malah perempuan yang tidak berjilbab sudah
mulai kelihatan aneh dan tersisih. Terutama di daerah-daerah yang mayoritas
muslim. Padahal dahulu, memakai jilbab sangat memalukan. Tidak ketinggalan pada
mahasiswa perguruan tinggi Islam. Pada tahun 1980an. Mahasiswa IAIN Gorontalo
yang hendak kuliah, akan mengenakan jilbab atau selendang ketika hendak masuk
halaman kampus. Mereka tidak berani mengenakan jilbab dari rumah karena
diolok-olok. Demikian pula siswa PGAN (pendidikan guru agama negeri) dan
madrasah tsanawiyah yang identitasnya langusng ketahuan karena memakai jilbab.
Mereka diolok-olok oleh siswa sekolah lain sepanjang jalan. Pendeknya, masa itu
berjilbab menjadi sebuah musibah. Membutuhkan mental yang kuat. Hal ini
sebagaimana terjadi di Negara-negara muslim lainnya. Pada pertengahan dekade
1970-an, sebuah fenomena yang menarik perhatian terjadi di jalanan Kairo, Mesir
yang tampaknya tidak bisa dipahami oleh banyak peneliti tentang suasana
orang-orang Mesir dan bahkan membingungkan penduduk lokal. Fenomena itu adalah
hadirnya para mahasiswa dengan penampilan baru yang begitu tegas, nyata dan
makin besar jumlahnya. Penampilan itu tidak wajar bagi umumnya penduduk kota
Mesir dan bahkan bagi orangtua mahasiswa itu. Seluruh tubuh para mahasiswa itu
tertutup dari kepala sampai ujung kaki, termasuk muka. Apakah krisis identitas,
sekadar iseng, protes atau kehampaan ideologi, gangguan kejiwaan individual,
krisis hidup, keterasingan sosial ataukah protes melawan penguasa? Respon yang
sangat meremehkan mengolok-olok gejala baru itu dengan bahasa ekskulif dan
materialis; “wanita-wanita itu menutup rambutnya karena mereka tidak punya uang
untuk pergi ke piñata rambut, atau, mereka itu berjilbab untuk menutupi tampang
buruknya, reaksi yang paling umum diekspresikan dengan istilah-istilah kelas
atau gaya hidup, bahwa mereka adalah mahasiswa dari kalangan rakyat
jelata/miskin yang minder dengan kehidupan kota besar. Respon lainnya adalah
menyerang moralitas wanita berjilbab, “mereka berjilbab untuk menutupi hubungan
seksual gelapnya dan perilakunya yang tak bermoral. Pendeknya, masa itu,
memakai jilbab atau berhijab mendapat label negatif. Sekarang, keadaan itu
malah sudah terbalik. Berjilbab telah menjadi tradisi, dan mereka yang tidak
berjilbab menjadi tidak nyaman berada di tempat-tempat umum. Sehingga sebagian
meski
tidak memakai
jilbab di rumah, tetapi ketika keluar rumah harus memakai jilbab. Singkatnya,
berjilbab telah menjadi tren, di mana kalangan yang sangat menggemarinya adalah
kalangan anak muda dan remaja.
Para ibu kantoran atau para wanita
karir juga makin menggemari jilbab sebagai busana kerja mereka. Bahkan ibu-ibu
rumah tangga tidak mau ketinggalan untuk mengikuti trend berjilbab
seperti para wanita lainnya. Sekarang para perempuan ini tidak merasa
terkungkung dengan jilbab yang mereka kenakan, karena mereka dapat berkreasi
sesuka hati untuk dapat mengkreasikan jilbab yang mereka kenakan supaya
terlihat cantik dan fashionable saat menghadiri acara-acara tertentu.
Mereka menyakini bahwa walaupun memakai jilbab, tetapi masih dapat modis dan
mengikuti fashion yang berkembang sekarang ini. Dahulu lingkungan kerja
melarang seorang perempuan memakai jilbab. Alasannya jilbab dianggap kuno,
tertutup, dan menghambat aktivitas, terutama bagi perempuan karir. Jilbab
dipandang tidak mencerminkan sifat energik, aktif, modern, mobile, dan fashionable.
Tapi kini tidak sulit lagi menemukan perempuan muslim memakai jilbab dalam
lingkungan kerja, di kampus-kampus atau sekolah, di mall-mall, bahkan untuk
kegiatan olah raga pun tidak menghalangi perempuan memakai jilbab. Bahkan
Kepolisian RI beberapa waktu lalu telah mewacanakan pemakaian jilbab bagi
anggota Polwan. Meski terhambat karena belum ada aturan keseragaman dan
pembiayaan, tetapi paling tidak budaya berjilbab telah memaksa instansi
kepolisian ini untuk menyesuaikan diri. Seiring dengan kemajuan zaman dan
teknologi telah membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan salah satunya
yaitu perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup yang terjadi dalam masyarakat
nampaknya mempunyai pengaruh besar di kalangan kaum
perempuan.
Pengaruh tersebut antara lain dapat dilihat dari segi berjilbab di kalangan
masyarakat. Perpenampilan cantik, tidak ketinggalan model atau tren masa kini,
merupakan gejala sosial yang ditimbulkan oleh pesatnya. perkembangan budaya
konsumersime. Perkembangan budaya konsumerisme yang semakin pesat ini
dimanfaatkan oleh para pedagang dan perancang busana untuk memengaruhi citra
kelompok sosial. Berbagai produk ditawarkan oleh perancang busana dan munculnya
beragam pusat perbelanjaan, butik-butik muslimah berhasil melayani kebutuhan
masyarakat secara umum dan secara khusus kebutuhan konsumen yang berasal dari
kalangan remaja dan anak muda. Maraknya model jilbab yang sesuai dengan kondisi
lingkungan dan psikologis anak muda saat ini semakin mendorong perempuan
memilih jilbab dalam berbusana kesehariannya. Apalagi ukuran cantik kini tidak
hanya ketika menggunakan pakaian serba mini dan terbuka tetapi dengan jilbab
pun bisa tampil cantik dan anggun.
2.
Hadist mengenai Hukum
Berjilbab.
·
Hai Nabi katakanlah
kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin:
‘’Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.’’ Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al-Ahzab: 59)
·
Katakanlah kepada
wanita yang beriman: ‘’Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
Nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya,
dan janganlah menampakan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera
suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara
laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan
laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita. Dan jannganlah mereka memukulkan kakinya
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (An-Nur: 31).
·
Katakanlah kepada orang
laki-laki yang beriman: ‘’Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (An-Nur: 30).
Dari
ketiga hadist diatas sudah jelas bahwa hukum berjilbab bagi kaum muslimah wajib
hukumnya, suka atau tidak berjilbab sangat dianjurkan bagi wanita yang beragam
islam karena untuk mengenal identitas diri sebagai seorang muslim juga menjaga
kita dari perbuatan-perbuatan yang mencelakakan kita.
C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Landasan
hukum mengenai kewajiban muslimah memakai jilbab telah ditetapkan Allah Q.S.
al-Ahzab: 59: Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu, dan isteri-isteri
orang-orang
beriman, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Hal
ini diperjelas lagi dalam Q.S. An-Nur: 31 yaitu...dan hendaklah
mereka menutupkan
kain kerudung ke
dadanya dan janganlah
menampakan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka,
atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam,
atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. Dan jannganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Dari
keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa jilbab bukanlah kerudung yang
digantungkan di leher, bukan pula kerudung tipis yang kelihatan rambutnya atau
kerudung yang hanya menutup sebagian rambut belakangnya, bukan pula kerudung
sebangsa kopyah yang kelihatan lehernya atau kerudung yang hanya menutup ujung
kepala bagian atas seperti ibu suster dan wanita Nasrani atau kerudung yang
kelihatan dadanya, dan bukan pula selendang kecil yang dikalungkan di pundak kanannya.
Dalam penggunaannya pun telah diatur sedemikian rupa dalam kitab suci
al-Qur’an, yang mana dalam mengenakan jilbab tidak boleh transparan, tidak
memperlihatkan lekuk tubuh, sederhana dan tidak mencolok. Namun, seiring dengan
perkembangan zaman, pengaruh modernisasi pun tidak dapat ditolak dan mampu
mempengaruhi penggunaan jilbab bagi perempuan muslimah, khususnya mempengaruhi
cara berpakaian dan penggunaan jilbab bagi wanita muslimah. Jika dulu jilbab
hanyalah sebuah kain polos, berwarna gelap dan dinilai tidak dapat mengikuti
perkembangan zaman, namun tampil cantik dan modis dengan gaya elegan dan
feminim sekarang dapat dinikmati dengan balutan busana muslimah. Apapun bentuk
dan model jilbab yang dikreasikan sebagai sebuah estetika, tetapi tetap harus
berada pada jalur sesuai syari’at yang telah ditetapkan dalam al-qur’an.
Fenomena Hijabers
Community
Sebagai
dampak dari perkembangan fashion yang merambah ke dunia busana
muslimah, tahun 2010 telah bermunculan komunitas berjilbab
kontemporer. Berasal dari komunitas untuk gaya hidup dan fashion
style. Seperti dilansir dalam fashion blog yakni Compagnons (2012),
yang memuat artikel bahwa “komunitas K-Pop yang digandrungi banyak
remaja saat ini. Selain dari itu, komunitas yang selalu hangat
dibicarakan adalah komunitas jilbab kontemporer seperti “Hijabers” yang dengan
cepat membuat sebuah tren berkerudung terbaru di Indonesia”.
Komunitas-komunitas ini adalah sekumpulan orang yang ingin terlihat sama dalam
satu pandangan dalam bergaya dan berbusana. Dengan begitu akan membantu manusia
atau anggota mendapatkan identitas diri secara bersama meskipun budaya yang
dianut didalamnya bukan lagi budaya murni pribadi melainkan telah terasimilasi
oleh budaya yang dianut oleh komunitas tersebut. Meski demikian, selalu ada
perasaan penasaran dan gairah untuk bergabung dalam setiap komunitas-komunitas
yang ada. Komunitas Hijabers (hijabers community) adalah sekumpulan
wanita yang berdandan sangat modis dan Islami, mereka terdiri dari para remaja
dan ibu-ibu. Penampilan berbusana mereka sangat berbeda dengan kebanyakan
wanita yang mengenakan busana muslim, karena model pakaian yang mereka pakai
sangat stylish dan modis, dari mulai kerudung, baju sampai sepatu, tas,
yang enak dipandang mata. Salah satu komunitas yang paling eksis adalah hijabers
community di kota Solo. Komunitas ini pertama kali terbentuk pada
tanggal 27 November 2010. Komunitas ini dibentuk dengan tujuan untuk memotivasi
para perempuan yang masih ragu menggunakan jilbab. Namun merebaknya penggunaan
jilbab sebagai fashion di kalangan anak muda nampaknya lebih dipengaruhi oleh
kemunculan sosok Dian Pelangi dan Hijabers Community. Dian
Pelangi adalah desainer muda Indonesia, yang debutnya di dunia mode telah
dimulai sejak umurnya 19 tahun pada gelaran Jakarta Fashion Week 2009.
Pada ajang tahunan tersebut Dian Pelangi mampu mencuri perhatian dengan
rancangan busana muslim modern yang ditampilkannya. Selain itu ia adalah
pendiri Hijabers Community yaitu komunitas yang berisi anak-anak muda
berjilbab yang tampil modis dan gaya yang diresmikan pada tanggal 27
November 2010 di Jakarta. Hijabers Community sendiri mempunyai misi
untuk memperkenalkan jilbab/kerudung yang modis kepada anak-anak muda, dan
ingin mengikis anggapan bahwa para pemakai jilbab adalah orang yang kuno.
Meningkatnya jumlah wanita muslimah yang memakai jilbab ini juga tidak lepas
dari banyaknya event yang dilaksanakan oleh hijabers community untuk
mengenalkan jilbab trendy kepada masyarakat. Salah satu event yang sering
digelar oleh mereka adalah Hijab Class. Dalam acara Hijab Class ini para
peserta diajarkan tentang bagaimana memakai jilbab yang modis dan trendi.
Selain itu Hijabers Communnity juga memanfaatkan media jejaring sosial dalam
setiap acara yang mereka buat, tercatat ada tiga media sosial yang digunakan Hijabers
Community yaitu WebBlog, Facebook dan Twitter. Selain dari event-event yang
dilakukan, media sosial juga mampu mengkontruksikan sebuah budaya yang dikenal
dengan budaya populer. Hijabers Community tidak hanya menempatkan jilbab
sebagai sebuah wujud tingginya tingkat keimanan atau ketaatan seseorang,
lebih dari itu
ia juga menempatkan jilbab atau hijab sebagai suatu fashion. Apa yang
dilakukan oleh perempuan berjilbab yang tergabung dalam Hijabers Community
merupakan sebuah gaya hidup, yang membawa simbol-simbol keagaman mereka yaitu
jilbab sebagai sebuah gaya hidup yang mereka lakukan. Jilbab gaul, modis dan stylis
ala hijabers telah membawa seperangkat nilai dan trend yang
dilekatkan oleh Hijabers Community sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Pada
akhirnya dari gaya hidup tersebut akan mengkontruksi sebuah identitas bagi
anggotanya sebagai seorang hijabers yang identik dengan seorang yang
fashionabel.
Fenomena Jilboobs
community
Tak
mau ketinggalan dengan hijabers community, belakangan muncul
tandingan yang menamakan diri jilboobs community. Fenomena ini
sedang hangat-hangatnya diulas media massa, menghebohkan dunia
maya dan dunia nyata. Bermula dari munculnya sebuah akun facebook dengan
nama Jilboobs komunitas pada bulan Agustus 2014. Menampilkan foto-foto
berjilbab seadanya. Akun itupun mendapat kecaman dari pengguna media sosial. Jilboobs
merupakan istilah penggunaan jilbab namun masih berpakaian ketat dan
menunjukkan lekuk tubuh. Penggunaan jilboobs tidaklah sesuai dengan
syariat agama Islam yang mengharuskan penggunanya untuk menggunakan
pakaian longgar dan tidak ketat. Sedangkan jilboobs hanya mementingkan
menutup rambut saja. Istilah jilboobs diambil dari istilah jilbab
dan boobs atau payudara wanita. Jilboob gaya berpakaian
berjilbab namun masih memperlihatkan lekukan dada, pantat, dan perut10.
Perempuan berjilboobs seringkali menggunakan kaus lengan panjang namun
ketat atau baju lengan panjang yang tembus pandang. Atasan tersebut
biasanya dipadu dengan bawahan rok tembus pandang, legging maupun
celana jeans ketat. Majelis Ulama Indonesia (MUI) berencana membahas terkait
industri fesyen jilboobs yang tidak sesuai dengan syariat Islam
yang saat ini tengah populer di Indonesia. Jilboobs yang tengah menjadi
tren tersebut menurut hemat penulis masih lebih baik dibandingkan dengan
fenomena wanita tuna susila muda yang sama sekali tidak mengenakan pakaian
dalam. Sebenarnya fenomena Jilboobs itu sudah lama ada, hanya belum ada
komunitasnya. Sebagai sebuah fenomena sebentar lagi saya kira akan hilang
karena itu hanya tren fesyen saja. Menghadapi fenomena ini, banyak kalangan
yang resah, tetapi untuk sebuah evolusi berjilbab, patutlah kita menyimak sikap
ulama besar terhadap fenomena ini. Suatu kisah, ketika Buya Hamka (Prof. Dr.
H. Abdul Malik Karim Amrullah, 1908-1981) masih hidup. Ada satu kejadian yang
meski tidak persis, tapi bisa jadi ilustrasi. Ketika itu ada pengajian reguler
di Masjid Agung Al Azhar, di mana seorang jamaah adalah seorang perempuan muda
datang memakai selendang, tapi dengan rok pendek. Dia selalu memilih duduk
paling depan, sehingga mulai mengundang bisik-bisik sebagian jamaah lain yang
merasa terganggu dengan penampilannya. Jamaah yang terganggu menyampaikan hal
itu kepada Irfan Hamka, salah seorang putra Buya, yang menyampaikan lagi kepada
ulama besar tersebut ketika mereka di rumah. "Ayah, makin banyak jamaah
yang protes ke saya tentang cara pakaian ibu itu. Kenapa ayah tidak
tegur?" Buya menjawab, "Kenapa harus ditegur? Dia sudah ikut
mengaji sudah baik. Kalau belum apa-apa ditegur, nanti dia menghilang,
bagaimana? Kita harus sabar." Pendek kata, Buya Hamka membiarkan cara
pakaian jamaah perempuan itu, tanpa menegurnya. Tak lama kemudian, justru
perempuan itu yang datang menghadap ke rumah Buya. Dia menyampaikan rasa terima
kasih, sekaligus kekaguman, karena tak pernah ditegur Buya (apalagi di depan
umum) soal busananya. "Sebelum ini saya selalu ditegur di pengajian
lain," ujar perempuan itu. Perempuan itu juga minta maaf jika atas kebelummengertiannya
dia malah merepotkan posisi Buya di mata jamaah lain. "Dan terjadilah
keajaiban itu. "Pada pengajian berikutnya, ibu X itu sudah berpakaian
muslimah seperti jamaah lainnya. Tanpa disuruh Buya sama sekali. Tanpa
ditegur." Seandainya Buya Hamka masih hidup, mungkin kita akan melihat
cara dakwah yang lebih sabar terhadap para "jilboob"-ers. Sebab untuk
sampai pada tahap menuju "paham", seseorang harus menempuh tahap demi
tahap, yang sering tidak sama kecepatannya bagi tiap individu. Para pendakwah
sejati tahu hal ini, karena prinsip mengingatkan adalah "saling menasihati
dalam kebenaran" dan "saling menasihati dalam kesabaran". Bukan
dengan mempermalukan mereka yang sudah berniat benar, tapi tersebab satu dan
lain hal, belum bisa mengaplikasikannya secara menyeluruh.
Dari
pemaparan diatas fenomena hijabers dan Jilboob sangat digandrungi dari berbagai
kalangan khususnya kaum remaja yang masih haus akan kefashinnable. Yang masih
ingin telihat modis dan stylis walaupun berhijab, dengan begitu banyak gaya yang
disuguhkan oleh komunitas hijabers dan komunitas jilboob kaum hawa pun
berbondong-bondong mengenakan hijab gaul seperti ini tanpa memperdulikan
kesyari’attannya. Tahukah kalian bahwa hukum dibalik hijab gaul yang tidak
memenuhi syariat hukum islam yang sudah dijelaskan oleh al-qur’an ia akan
sangat berdosa karena tidak mematuhi apa yang sudah Allah wahyukan. Bukankah
sudah dijelaskan dalam al-qur’an bahwa perintah berjilbab itu menjulurkan
jilabnya hingga menutupi seluruh tubuh, bukan menggantungkan jilbabnya dipundak
maupun memperlihatkan dadanya. Ya memang mengenakan jilbab syar’I sangat
merepotkan, ribet, bahkan panas, tapi bukankah lebih baik direpotkan,
diribetkan, bahkan kepanasan di dunia daripada kepanasan di akhirat? Sungguh
Allah sangat menyayangi umatnya bahkan kaum wanita, Allah sangat
mengistimewakan kaum hawa samapai-sampai dibuatkan surat khusus wanita
(An-Nisa), bukankah Allah sangat menyayangi wanita dengan memerintahkan kita
untuk menutupi seluruh tubuhnya dengan jilbab agar terhindar dari marabahaya,
sungguh Allah sangat menyayangi kita dengan memerintahkan dan
mengistimewakanwanita, tetapi wanita itu sendiri yang menghinakan dirinya
sendiri dengan berbagai alasan agar tidak ketinggalan trend. Subhanaallah.
Namun dari kedua komunitas itu nampaknya yang masih menyisipkan syari’at sesuai
hukum al-qur’an adalah komunitas hijabers diamana komunitas itu memperkenalkan
jilbab kepada kaum remaja agar mau mengenakan jilbab walaupun yang disuguhkan
banyak model yang terlalu fashionable sekali, namun komunitas ini bertujuan
agar minat wanita untuk berjilbab lebih yakin lagi. Dari kedua fenomena yang
telah dipaparkan diatas komunitas jilbooblah yang banyak mendapatkan banyak
kecaman dari berbagai pihak karena komunitas ini sungguh tidak sesuai dengan apa
yang diperintahkan dalam qur’an surat al-ahzab ayat 59.
Memang tampil cantik dambaan semua
wanita, namun akan lebih baik kita tampil cantik tidak hanya dihadapan manusia
saja untuk mendapatkan pujian semata, namun juga kita terlihat cantik dihadapan
Allah bukankah itu jauh lebih baik? Jika kita ingin terlihat cantik dihadapan
manusia ataupun Allah maka kita harus mematuhi aturan yang dibuat Allah. Boleh
saja mengenakan hijab gaul asalkan tetap pada jalur yang sesuai dengan perintah
Allah bukan malah melanggar perintah Allah dengan alasan agar tidak terlalu
kuno. Mungkin mengenakan hijab gaul akan lebih anggun jika kita tetap pada
jalur sesuai landasan al-qur’an dan al-hadist, dengan menutupkan jilbabnya
hingga dada, walaupun banyak berbagai gaya setidaknya kita menyisipkan
kesyar’i-an jauh lebih baik, dan bukankah tetap terlihat lebih anggun dan
cantik? Boleh saja tampil gaya dengan berbagai banyak model tanpa ketinggalan
style kekinian namun tetap pada jalur sesuai al-qur’an dan al-hadist. Yu,
syar’ikan penampilanmu sebelum disyar’ikan oleh kain putih yang menutupi
tubuhnmu, mau menunggu apalagi selagi masih diberi kesempatan untuk memperbaiki
diri yu mulai dari sekarang. Ingat bukankah hidup itu pilihan, silahkan memilih
mau yang sesuai syari’at atau yang melanggar syari’at itu hak masing-masing.
Jika mengaku cinta Allah maka akan memilih dan menerapkan sesuai dengan
syari’at. Life is choice.
D.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Fenomena
komunitas jilbab bermunculan sebagai konsekuensi dari semakin membuminya budaya
berjilbab. Di satu sisi muncul komunitas yang telah mapan dalam berjilbab
tetapi menjadikannya sebagai fashion yang gaul dan trendy, sementara
komunitas lainnya adalah mereka yang sebelumnya adalah kaum perempuan yang
berpakaian minim ala kebarat-baratan,
kemudian mencoba untuk mengenakan jilbab sebagai desakan lingkungan mereka.
Kelompok pertama adalah kelompok yang benar-benar eksis di dunia nyata, dengan
gerakan-gerakan yang nyata, sementara kelompok kedua - meski mereka ada di
sekitar kita- hanyalah komunitas di dunia maya, fenomena di dunia nyata yang
dihimpun dalam beberapa akun di salah satu media sosial yang pergerakannya di
dunia nyata tidak jelas. Kondisi ini menurut hemat penulis tidak perlu untuk
dicela dan dicaci. Sebab pada intinya, mereka adalah para wanita yang telah
mempunyai niat yang baik untuk menutup aurat, butuh proses, dan semua
tergantung lingkungannya dalam member respon, termasuk kita. Penulis meyakini
bahwa sebagian mereka yang telah bergabung dalam hijabers community pada
mulanya adalah mereka yang sama penampilannya dengan jilboobs community.
Untuk menghadapinya, patutlah kita mencontoh sikap Buya Hamka agar para jilboobs
community benar-benar menjadi perempuan muslimah yang tertutup sesuai
syar’I, sebagaimana hijabers community yang masih menyisispkan ketaatan dan kesyar’i-annya sesuai perintah
Allah walaupun banyak model yang disuguhkannya.
Saran
Jurnal yang saya buat
ini semata-mata untuk memberikan informasi agar pengetahuan pembaca lebih
bertambah mengenai penampilan yang sesuai dengan syari’at agama islam. Jika
dalam jurnal ini ada kata-kata yang tidak sesuai dengan hati pembaca maka
kritik dan saran dari para pembaca akan saya terima untuk kesempurnaan jurnal
yang telah saya buat ini.
E. DAFTAR PUSTAKA
http://www.harianjogja.com/baca/2014/08/07/fenomena-jilboobsjilboobs-
jilbab-seksi
inilah-cirinya-524568. Diakses tanggal 28 Desember 2015.
http://www.tabloidbintang.com/hobi/56493-hijabers-community-bermuladariacara-
buka-puasa-di-mal.html.
Diakses tanggal 28 Desember 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar